Sabtu, 14 Maret 2009

cantika -2-

-Semua Sayang Cantika-
Aku dan Cantika memang berbeda, bagaikan langit dan bumi serta bagaikan rambut dibelah tujuh. Wajah kami pun tidak memiliki kemiripan walaupun masih mengalir darah klan Kusuma. Terkadang, aku berpikir kalau di antara kami atau mungkin kami berdua sama-sama tidak mewarisi darah klan Kusuma.
Kebetulan, aku seumur dengan Cantika. Kami pun bersekolah di tempat yang sama mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Namun, saat ini kami menjalani profesi yang berbeda. Aku bekerja ‘serabutan’ sebagai dosen paruh waktu di tiga perguruan tinggi yang cukup bergengsi di ibukota serta menyambi sebagai editor dan penulis paruh waktu di berbagai media massa dan penerbit buku. Cantika bekerja di perusahaan yang sama dengan omku, Anjasmara Kusuma sebagai seorang sekretaris. Maka, tak heran apabila Cantika lebih populer dan ‘wah’ dibandingkan diriku. Namun, aku tak pernah iri dengannya karena bagiku semua orang memiliki rezekinya masing-masing.
Sejak kecil, Cantika memang cantik. Konon, jika Cantika tidak mandi selama seumur tahun pun, dia tetap saja cantik dan indah seperti namanya. Kalau diriku, wah sehari saja tidak mandi, apeknya bukan main, belum lagi wajah pun ‘gak karuan bentuknya. Namun, sekali lagi, aku tak iri dengannya. Bahkan, ketika Cantika banyak memiliki penggemar, gonta-ganti pacar seperti berganti pakaian saja, dan banyak pria berkendaraan roda dua maupun roda empat, aku pun santai saja karena menurutku setiap orang memiliki jalan hidupnya sendiri, seperti rizki, jodoh, dan kematian. Lagi pula, untuk apa iri dengannya… eh, buang energi saja. Yang dapat kulakukan adalah belajar dan bekerja giat menjalani panggung sandiwara ini.
Tatapan mata para tetangga dan kerabat keluarga yang aneh dengan kesendirianku pun kutanggapi dengan adem-ayem saja karena aku bukannya tidak pernah punya pacar, tapi maaf, ya aku cenderung pilah-pilih dan tidak semua teman lelaki istimewa kubawa ke rumah. Aku mau mengenal sosok pria teman istimewaku dulu dan kalau aku yakin seratus persen dengan pria tersebut itulah, aku akan mengenalkan ke keluarga inti dan besar dan saat itu tiba…artinya gerbang pernikahan sudah di depan mata. Memang, ada saja (entah teman istimewa atau yang lainnya) yang protes dengan prinsipku itu karena bagi mereka, tak ada salahnya mengenal calon keluarga kekasih terlebih dahulu karena butuh proses penjajakan yang lebih dekat dan dalam.
Semua sayang Cantika dan semua bingung dengan kesendirianku. Akh, biarkan saja… Jadi, ingat ucapan gitu aja koq repot-Guspur dan lagunya Maia Estianty-emang gue pikirin.
Semua sayang Cantika… dan aku pun sayang dengannya. Aku tak pernah lelah menjitak para lelaki hidung belang yang berani kurang ajar dengannya. Aku pun tak ragu untuk menimpuk jidat para makhluk yang berani menyakiti Cantika. Semua itu kulakukan karena aku sayang dengannya.
Aku sayang Cantika, walaupun terkadang aku merasa ibu dan nenekku lebih menyayangi Cantika dibandingkan kepadaku. Bagi klan Kusuma, Cantika adalah produk dan bibit unggulan sehingga harus dijaga dan dirawat dengan baik.
Semua sayang Cantika. Semenjak kecil, Cantika selalu mendapatkan perlakuan first class dari lingkungan sekitar. Misalnya, saat aku dan dia berdesakan dan berdiri di bus, Cantika akan mendapatkan tawaran untuk duduk terlebih dahulu sedangkan aku harus berjuang dan bersabar diri untuk bisa duduk santai. Namun, tak apa-apa, aku tak iri dengannya karena aku sayang dengannya.

Tidak ada komentar: