Sabtu, 14 Maret 2009

BHUMI, UDARA, DAN AIRA (cerbung) -1-

Oktober 2006 di sebuah rumah mungil, Cikuda, Jatinangor.
“Kemana Elang?” tanyaku lugu.
“Dia tidak datang. Lebih tepatnya, Bhumi tidak mengundangnya untuk datang.” jawab Udara datar.
“Mengapa?” tanyaku lagi.
“Karena hari ini adalah reuni khusus kita bertiga.” jawab Udara lagi.
“Reuni,” aku menyipitkan mata.
“Iya, reuni percintaan segitiga yang pernah ada dalam hidup kita.” ucap Bhumi sinis sembari meneguk air mineralnya.
Aku menarik nafas perlahan. “Begitu, ya,” tanyaku malas. Aku duduk di kursi lalu meluruskan kaki. Pegal rasanya melewati jalan-jalan yang berliku. Untunglah aku sempat mengisi perutku dengan makanan cepat saji.
“Kau semakin cantik saja.” Bhumi mencium keningku lembut. Aku tak bergeming. Kubiarkan dia menatap wajahku. “Apa kabarmu? Kudengar kau membuka usaha sebagai penjual cabai dan sayuran di pasar induk.”
Aku tersenyum manis. “Ya, lumayanlah. Setidaknya, usaha itu bisa membuatku hidup hingga detik ini.”
“Kudengar kau melanjutkan kuliahmu, ya? Hm… magister… mau jadi dosen, nie?” tanya Udara sinis.
Aku melemparkan seulas senyum kepada gadis berambut cepak itu. “Kau benar. Fuih, kalian betul-betul mengikuti perjalanan hidupku. Dara, mengapa kau memotong rambutmu?”

***

Tidak ada komentar: