Minggu, 11 September 2011

5 Jenis Makanan untuk Kecantikan Rambut Anda

Sumber: http://id.promotion.yahoo.com/stylefactor/artikel/post/stylefeatures/158/5-jenis-makanan-untuk-kecantikan-rambut-anda.html
By Yogi Cerdito Monday September 5, 2011 12:20 pm WIT

Efek sinar matahari, klorin dan kekeringan karena musim kemarau akan sangat berbahaya bagi keindahan rambut Anda. Mereka bisa membuat helaian rambut lebih kusam dan rapuh dari biasanya. Di samping pengaruh lingkungan, diet yang Anda lakukan memberikan dampak yang besar pada kesehata rambut.



Ahli diet dan penulis “Nutrition at Your Fingertips” Elisa Zied membantu kita untuk memilih makanan apa saya yang bermanfaat untuk mengembalikan kemilau rambut Anda agar indah seperi sediakala.

1. Kedelai
Selain sebagai alternatif asupan daging, produk makanan yang mengandung kedelai dilengkapi dengan protein dan asam lemak Omega-3. Mengonsumsi kedelai dan tahu akan mengingkatkan kemilau rambut yang berasal dari Omega-3 dan keratin, sejenis protein yang merupakan unsur di rambut.

2. Kangkung
Biarkan sayuran ini dimakan mentah dan dapatkan semua nutrisinya, tapi meskipun Anda ingin memasak ataupun menumisnya, kangkung tetap dapat memberikan banyak kandungan vitamin A dan zat besi. Zied mengatakan, vitamin A dapat membantu memulihkan rambut kering dan menjaga kesehatan gigi, tulang dan jaringan tubuh seperti kulit. Zat besi pun memiliki manfaat yang sama bagi tubuh dan juga membantu menumbuhkan rambut.

3. Tiram
Meski tanpa mutiara, makhluk laut ini mampu meningkatkan kecantikan. Zied mengatakan tiram mengandung jumlah Omega-3 yang cukup untuk meningkatkan kemilau rambut, dan vitamin B12 yang telah terbukti untuk mengurangi kerontokan rambut.

4. Produk rendah lemak
Susu, yoghurt, dan keju rendah lemak memiliki banyak kandungan protein dan vitamin B12. Menurut Zied, semua itu sangat berguna untuk memperkuat rambut.

5. Salad
Lengkapi salad hijau Anda dengan bahan-bahan yang mengandung banyak vitamin A seperti selada, wortel, paprika merah, brokoli. Zied secara khusus menyarankan Anda untuk memilih bahan-bahan tersebut untuk membuat rambut lembut dan lebat, selain juga berguna bagi diet tubuh Anda.

Senin, 05 September 2011

Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa rahmah


MERAJUT KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH

Oleh:

Ustadz Samsul Afandi, SS

Pertanyaan

1. Apa arti keluarga skinah itu?

Jawaban

Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat, aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh pembelaan. Namun, penggunaan nama sakinah itu diambil dari al Qur’an surat 30:21, litaskunu ilaiha, yang artinya bahwa Allah SWT telah menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap yang lain.Jadi keluarga sakinah itu adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.

Pertanyaan

2. Apa arti mawaddah wa rahmah?

Jawaban

Di dalam keluarga sakinah itu pasti akan muncul mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang pada lawan jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang didorong oleh kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya). Karena itu, Setiap mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Mawaddah cinta yang lebih condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan, bodi yang menggoda, cinta pada harta benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu sinonimnya adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang.

Wa artinya dan.

Sedangkan Rahmah (dari Allah SWT) yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki. (lihat : Kamus Arab, kitab ta’riifat, Hisnul Muslim (Perisai Muslim) Jadi, Rahmah adalah jenis cinta kasih sayang yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap melindungi kepada yang dicintai. Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana batin yang terimplementasikan pada wujud kasih sayang, seperti cinta tulus, kasih sayang, rasa memiliki, membantu, menghargai, rasa rela berkorban, yang terpancar dari cahaya iman. Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan pertama saat melangsungkan pernikahan adalah karena mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasulullah serta bertujuan hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Pertanyaan

3. Apa ciri-ciri keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu?

Jawaban

Ciri-ciri keluarga skinah mawaddah wa rahmah itu antara lain:

1. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst); (a) memiliki kecenderungan kepada agama, (b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda, (c) sederhana dalam belanja, (d) santun dalam bergaul dan (e) selalu introspeksi. Dalam hadis Nabi juga disebutkan bahwa: “ empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar’i), yakni (a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah), (b) anak-anak yang berbakti, (c) lingkungan sosial yang sehat , dan (d) dekat rizkinya.”

2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik jika saat keluar rumah istri atau suami tampil menarik agar dilihat orang banyak. Sedangkan giliran ada dirumah suami atau istri berpakaian seadanya, tidak menarik, awut-awutan, sehingga pasangannya tidak menaruh simpati sedikitpun padanya. Suami istri saling menjaga penampilan pada masing-masing pasangannya.

3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya.

4. Suami istri secara tulus menjalankan masing-masing kewajibannya dengan didasari keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT yang dalam menjalankannya harus tulus ikhlas. Suami menjaga hak istri dan istri menjaga hak-hak suami. Dari sini muncul saling menghargai, mempercayai, setia dan keduanya terjalin kerjasama untuk mencapai kebaikan didunia ini sebanyak-banyaknya melalui ikatan rumah tangga. Suami menunaikan kewajiabannya sebagai suami karema mengharap ridha Allah. Dengan menjalankan kewajiban inilah suami berharap agar amalnya menjadi berpahala disisi Allah SWT. Sedangkan istri, menunaikan kewajiban sebagai istri seperti melayani suami, mendidik anak-anak, dan lain sebagainya juga berniat semata-mata karena Allah SWT. Kewajiban yang dilakukannya itu diyakini sebagai perinta Allah, tidak memandang karena cintanya kepada suami semata, tetapi di balik itu dia niat agar mendapatkan pahala di sisi Allah melalui pengorbanan dia dengan menjalankan kewajibannya sebagai istri.

5. Semua anggota keluarganya seperti anak-anaknya, isrti dan suaminya beriman dan bertaqwa kepada Allah dan rasul-Nya (shaleh-shalehah). Artinya hukum-hukum Allah dan agama Allah terimplementasi dalam pergaulan rumah tangganya.

6. Riskinya selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. Penghasilan suami sebagai tonggak berdirinya keluarga itu selalu menjaga rizki yang halal. Suami menjaga agar anak dan istrinya tidak berpakaian, makan, bertempat tinggal, memakai kendaraan, dan semua pemenuhan kebutuhan dari harta haram. Dia berjuang untuk mendapatkan rizki halal saja.

7. Anggota keluarga selalu ridha terhadap anugrah Allah SWT yang diberikan kepada mereka. Jika diberi lebih mereka bersyukur dan berbagi dengan fakir miskin. Jika kekurangan mereka sabar dan terus berikhtiar. Mereka keluarga yang selalu berusaha untuk memperbaiki semua aspek kehidupan mereka dengan wajib menuntut ilmu-ilmu agama Allah SWT.

Pertanyaan

4. Bagaimana mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu?

Jawaban

Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah perlu melalui proses yang panjang dan pengorbanan yang besar, di antaranya:

1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SWT.

2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya dari pada kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya.

3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan nasabnya.

4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menghidari hubungan yang dilaran Allah SWT

5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan dorongan iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi keamanan, memberikan didikan islami pada anak istrinya, memberikan sandang pangan, papan yang halal, menjadi pemimpin keluarga yang mampu mengajak anggota keluaganya menuju ridha Allah dan surga -Nya serta dapat menyelamatkan anggota keluarganya dario siksa api neraka.

6. Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan ibadah dan berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami, mendidik putra-putrinya tentan agama islam dan ilmu pengetahuan, mendidik mereka dengan akhlak yang mulia, menjaga kehormatan keluarga, memelihara harta suaminya, dan membahagiakan suaminya.

7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati, mencintai, saling mempercai kesetiaan masing-masing, saling keterbukaan dengan merajut komunikasi yang intens.

8. Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama dalam mengarungi badai dan gelombang kehidupan.

9. Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah bersama-sama, seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir miskin, dengan tujuan suami mendidik anaknya agar gemar bersedekah, mendidik istrinya agar lebih banyak bersukur kepada Allah SWT, berzikir bersama-sama, mengajak anak istri membaca al-qur’an, berziarah qubur, menuntut ilmu bersama, bertamasya untuk melihat keagungan ciptaan Allah SWT. Dan lain-lain.

10.Suami istri selalu meomoh kepada Allah agar diberikan keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah.

11. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri untuk melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan, suami istri, dan anak-anaknya saling meminta maaf pada anggota keluarga itu pada setiap hari kamis malam jum’at. Tujuannya hubungan masing-masing keluarga menjadi harmonis, terbuka, plong, tanpa beban kesalahan pada pasangannnya, dan untuk menjaga kesetiaan masing-masing anggota keluarga.

12. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu amarahnya. Wallahu A’lam

Selamat mencoba!

Sumber: http://annajib.wordpress.com/2010/04/10/keluarga-sakinah-mawaddah-wa-rahmah/

Karakter dalam fiksi


Sumber: Postingan by Miryatie Altaf on Saturday, September 3, 2011 at 2:49pm @www.facebook.com

Tidak ada karya fiksi yang tidak punya tokoh atau karakter. Karakterisasi atau proses menciptakan tokoh pun menjadi hal yang krusial. Proses ini tidak terlalu sulit dilakukan. Yang perlu diingat sebenarnya sederhana: tidak ada orang (tokoh) yang sepenuhnya malaikat, sebagaimana tidak ada orang yang sepenuhnya iblis.



Setelah itu dipahami, mulailah menuliskan profil tokoh-tokoh Anda. Nama lengkapnya, jenis kelaminnya, umurnya, hobinya, fisiknya, sifatnya, tujuan hidupnya, dan sebagainya. Semakin detail semakin baik.



Lalu kembangkanlah tokoh-tokoh itu dalam alur cerita Anda. Karakter-karakter tersebut bisa dikembangkan melalui nama, narasi, dialog, dan pendapat atau sikap tokoh lain terhadapnya. Mari kita bahas satu-satu.



Nama



Pemberian nama bisa berpengaruh pada karakterisasi tokoh Anda. Contohnya, nama Teguh akan berkesan gigih, kuat mental, pantang menyerah. Sedangkan nama Mini kesannya centil, manja, genit. Tapi saya rasa, penamaan adalah jenis karakterisasi yang paling lemah. Dalam fiksi realis (fiksi-fiksi yang berusaha semirip mungkin dengan kehidupan nyata), kebanyakan nama-nama tokohnya justru bermakna netral. Pembaca tidak bisa menebak sifat tokoh itu hanya dari namanya.



Narasi



Pembentukan karakter fiksi melalui narasi sedikit lebih rumit, tapi masih relatif mudah dilakukan. Ketika ingin mengenalkan seorang tokoh, sisipkan saja keterangan seperti, “Riana adalah wanita yang terobsesi menjadi yang terdepan. Saat kuliah, dia datang paling pagi, duduk paling depan. Begitu juga saat naik kendaraan umum, Riana selalu duduk di barisan terdepan hanya untuk memastikan dirinya tiba lebih dulu dari penumpang-penumpang di belakangnya.”



Anda sebenarnya tidak harus mendeskripsikannya secara langsung seperti itu. Sebab, terkadang pembaca bisa mengenal seorang tokoh dari tindakan, lingkungan, harta benda, atau kombinasi ketiganya. “Meski digunakan setiap hari, debu sepeda motor kesayangannya dibiarkan menebal. Riana memang tak pernah punya waktu untuk merawatnya. Seandainya dalam 10 tahun motor itu tak pernah mogok, niscaya selama itu pula dia tak pernah pergi ke bengkel.”



Dialog



Tentu ini berpengaruh sekali pada karakterisasi. Gaya bicara orang yang santun tentu berbeda dengan orang yang suka memaki. Karakter seorang tokoh pun bisa dilihat dari bagaimana dia bersilat logika. Jika Riana ingin Anda jadikan tokoh yang tidak mau kalah, perlihatkan itu dalam rangkaian ucapannya.



Riana dan temannya sedang beruntung. Mereka mendapat jatah makan siang dari panitia seminar. Satu pizza ukuran besar, dan satu lagi ukuran reguler. Tanpa menengok, Riana langsung menyahut pizza yang besar dan memakannya.



“Kapan kamu akan belajar bersikap sopan, Riana?” tegur temannya.



“Emang kamu sopan?” tanya Riana balik dengan mulut penuh pizza. “Coba aku tes. Kalau kamu duluan yang punya kesempatan milih kedua kotak pizza ini, mana yang bakal kamu pilih?”



“Pizza yang kecil, tentu saja,” jawab temannya mantap.



“Nah,” Riana tersenyum penuh kemenangan, “kenapa sekarang kamu protes? Sudahlah, makan saja bagianmu.”



Sekadar catatan, editor terkadang menyunting dialog tokoh-tokoh Anda sesuai standar umum. Artinya, dialek tokoh Sulawesi dan tokoh Bengkulu akan diseragamkan dengan struktur dan standar bahasa Indonesia. Maka hancurlah karakterisasi yang sedang Anda bangun.



Tapi jangan menyalahkan editor juga. Mereka bekerja supaya tulisan Anda lebih rapi, bernas, dan diterima umum (baku). Bila Anda yakin dialog yang rapi dan umum itu akan melemahkan karakter tokoh Anda, sampaikan saja. Si editor mungkin juga akan menyampaikan pertimbangannya. Sehingga nanti Anda berdua sampai pada pertanyaan, “Enaknya gimana nih?”



Pendapat atau Sikap Tokoh Lain



Seorang penumpang taksi dan penumpangnya terlibat percakapan. Muka penumpang itu tertekuk-tekuk. Dan setelah didesak, dia mengaku baru saja melakukan kesalahan: lupa menghadiri acara ultah anaknya.



Si supir berusaha menghibur, “Jangan sedih, Pak. Semua orang pasti melakukan kesalahan. Kita kan bukan Tony.”



“Tony?” dahi si penumpang berkerut.



“Iya, si Tony. Sampeyan ndak kenal Tony ya? Dia itu pria sempurna. Melakukan segalanya dengan benar. Tanpa kesalahan!”



“Hahaha, mana ada orang kayak gitu, Mas?”



“Lho, piye toh?” si supir tertawa masam. “Tony itu atlet hebat. Dia menangan kalau badminton. Dia bisa ngimbangi bos-bos main golf. Wawasannya luas. Dia juga punya daya ingat yang kuat. Ingat ulang tahun semua orang. Dia bisa memperbaiki apa saja. Nggak kayak saya yang pas memperbaiki sekering rumah, eh, satu RT mati semua.”



“Kayaknya dia memang istimewa ya,” penumpang itu tersenyum.



“Woo, ada lagi, Pak! Tony juga betul-betul tahu bagaimana memperlakukan wanita. Dia ndak akan mendebat wanitanya walaupun dia yang benar. Pakaiannya selalu rapi, wangi,” tutur si supir panjang-lebar.



Penumpang itu geleng-geleng. “Hebat banget teman sampeyan itu.”



Sopir taksi menjawab, “Teman? Wah, Tony bukan teman saya, Pak. Bahkan saya ndak pernah ketemu dia. Tony itu kan sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Dan saya menikahi Riana, jandanya.”



Anda tidak kenal siapa Tony, supir taksi, maupun penumpang itu. Namun Anda bisa menebak bagaimana karakter istri si supir taksi: sulit dipuaskan, penuntut, suka membanding-bandingkan.



Nah, saya yakin Anda mampu menciptakan tokoh-tokoh fiktif yang tak kalah menarik.



Mau tahu cara cepatnya? Jadikan diri Anda salah satu tokoh dalam cerita. Atau sekalian, jadikan diri Anda tokoh utamanya! Bukankah sudah banyak pengarang yang memasukkan dirinya sebagai tokoh utama kisah-kisahnya? Hanya saya ingatkan, Anda harus punya cerita hidup yang luar biasa untuk mengikuti aliran “narsisme” ini.



Cara gampang lainnya, comot saja profil orang-orang sekitar Anda. Mungkin teman, pacar, saudara, orangtua, bos, anak buah. Tapi untuk menghindari konsekwensi hukum (apalagi kalau ini tokoh antagonis), saya sarankan untuk melakukan beberapa perubahan. Misalnya, ganti namanya, umurnya, kalau dia wanita balikkan jadi pria, dan seterusnya. Bagaimanapun, jangan mengganti ciri utama orang itu. Jangan pula mengganti sebagian besar cirinya. Karena kalau demikian, apa bedanya dengan Anda menciptakan tokoh baru dari nol?



Oke. Saya tinggalkan Anda di sini untuk bereksperimen sendiri dengan tokoh-tokoh Anda.



From Brahmanto Anindito