Senin, 30 Maret 2009

Vocab (4)

pretty fly: sexy/cool

PhD is for doctoral degree

moon ur friend day = when somebody moons you, they drop their pants and show your butt.

barstool = something u sit on at the bar

Sumber: chat with my friend, Phillip T.

Minggu, 22 Maret 2009

Vocabulary (3)

happy hump day = happy wednesday. Over the hump/middle of the week

to hump also implies sex

most = lots but not all

Resource: Phillip, chat ym.

Jumat, 20 Maret 2009

A Real Man

Diposting dari buletin www.tagged.com:
From: ! ^DumB_BorN^~~$4 Pets$$$!
Date:Mar 20, 2009 12:38 AM
Subject:A REAL MAN

1.) A REAL MAN respects his mother and places his family first.
2.) A REAL MAN RAISES HIS KIDS, not JUST out of pocket either.
3.) A REAL MAN supports his woman to develop herself.
4.) A REAL MAN doesn't worry about what others depict as a real man. Walk in his shoes first and then tell him what makes him A REAL MAN.
5.) A REAL MAN doesn't Break Promises
6.) A REAL MAN calls you beautiful, not hot, sexy, or fine as fuck.
8.) A REAL MAN CALLS YOU on a daily basis - NO MATTER HOW BUSY OR TIRED HE IS.
9.) A REAL MAN looks past what he's heard about you or what his friends think of you.
10.) A REAL MAN wants to spend as much time as he can with you & won't get sick of you.
11.) A REAL MAN comes over just to watch movies with you.
12.) A REAL MAN kisses you on the forehead just because.
13.) A REAL MAN doesn't tell you what he thinks you want to hear. He tells you what's real.
14.) A REAL MAN should be treated like one.
15.) A REAL MAN doesn't ask questions when you say you need something....him, sex, money, or a bed to sleep in.
16.) A REAL MAN lets others know How He Feels About you.
17.) A REAL MAN doesn't play games!!!!!!!!!!!
18.) A REAL MAN doesn't leave you to go and hang out with his friends if he hasn't seen you in a week and then call you at 4 in the morning because he needs some loving.
19.) A REAL MAN doesn't deny you.
20.) A REAL MAN doesn't just think about sex.
21.) A REAL MAN Doesn't Judge the book by the cover.
22.) A REAL MAN wouldn't use his friendship card to get what he wants.
23.) A REAL MAN knows the difference between a REAL WOMAN and a random girl.
24.) A REAL MAN won't degrade a woman with words nor will he ever put his hands on her in anger.
25.) A REAL MAN sends you flowers Just Because.

Selasa, 17 Maret 2009

vocabulary (2)

Bummer= that's no good.

PJs is Pajamas.

Take a bath usually means sit in a bathtub full of water.

Take a shower is simply a shower.


-Resource: chat via ym my friend, Phillip. Thx 4 the info, ya-

Cara membuat susu kedelai

Diposting dari salah satu isi milis femina & friends

1. rendam kedelai dengan air panas hingga 1/2 - 1 jam....nah.. kedelainya akan ngembang....
2. bersihkan kedelai dr kulit yg tipis itu.......
3. ambilah segegam kedelai lalu masukan kedelai dan air ke dalam blender..... blender deh kedelainya..
4. siapkan saringan kelapa dan bahan tuk mengambil air dari kedelai yg sudah diblender itu.....lalu peraslah.... .
5. lakukan berulang-ulang, hingga mendapatkan air kedelai yg cukup.....
6. masaklah kedelai hingga mendidih dan aduklah secara terus menerus....

Senin, 16 Maret 2009

80% of women are against marriage, WHY?

Ini kuposting dari buletin board di www.tagged.com. Tulisan ini berasal dari "!!Small Dog can Talk with A Frog!".... FYI, dia itu suka gonta-ganti nama user id. Selain itu, dia aktif banget ngirim cerita2 lucu baik dalam bentuk bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Well, check it's out, guys:
Now days, 80% of women are against marriage, WHY? Because women realize it's not worth buying an entire pig just to get a little sausage.

1. Men are like . .... Laxatives . ..... They irritate the crap out of you.
2. Men are like. Bananas ....... The older they get, the less firm they are.
3. Men are like ...... Weather . Nothing can be done to change them.
4. Men are like . Blenders You need One, but you're not quite sure why.
5. Men are like ..... Chocolate Bars .... Sweet, smooth, & they usually head right for your hips.
6. Men are like .... Commercials ....... You can't believe a word they say.
7. Men are like Department Stores ..... Their clothes are always 1/2 off.
8. Men are like ..... . Government Bonds .... They take soooooooo long to mature.
9. Men are like .... . Mascara . They usually run at the first sign of emotion.
10. Men are like ... Popcorn ..... They satisfy you, but only for a little while.
11. Men are like Snowstorms .... You never know when they're coming, how many inches you'll get or how long it will last.
12. Men are like ........... Lava Lamps .... Fun to look at, but not very bright.
13. Men are like P arking Spots .......... All the good ones are taken, the rest are handicapped.

-Now send this to all the remarkable women you know, as well as to any understanding good-natured, fun kinda guys you might be lucky enough to know !!!!!!!!!!-

Sabtu, 14 Maret 2009

SUFISME DALAM DIRI MARIO TEGUH

----- Forwarded Message ----From: AH Musyafa Sent: Thursday, March 5, 2009 10:50:13 PMSubject: Fw: Sufisme dalam diri Mario teguh

Buat yang nge-fans Mario Teguh,,,,semoga bermanfaat.

Petikan Wawancara Mario Teguh dengan SUFINEWS, untuk menjawab siapa sebetulnya beliau..Pak Mario, saat memberikan terapi atau memotivasi, di antara Ilmu Kejiwaan Barat dan Ilmu Kejiwaan dalam agama, mana yang Anda gunakan?

Kalau Anda perhatikan penjelasan saya di atas, sebenarnya "peta" yang ada dalam Kecerdasan Emosional yang saya tawarkan merupakan gugusan pilar dari kebenaran, keindahan dan kebaikan. Hal ini didasari oleh fitrah kehidupan bahwa manusia dalam hidup itu tak lepas dari menginginkan kebaikan, menyukai keindahan dan mencari kebenaran. Tapi dalam realitas kehidupan, tiga hal ini lebih sering dirasakan oleh manusia sebagai tiga hal yang berdiri sendiri-sendiri. Misalnya kebenaran yang dicari ternyata malah membawa kepedihan, keindahan yang disukainya ternyata tidak membawa kebaikan, atau kebaikan yang diusahakan malah bertentangandengan kebenaran.

Pada saat yang demikian manusia tidak dapat menikmati keadaan itu secara sempurna lalu mengidap split personality atau kepribadian yang terpecah belah. Nah kira-kira melalui apa manusia dapat menemukan dan merasakan kebenaran, keindahan dan kebaikan sejati(haqiqi; red)? Dalam beragama bukan?!

Wah penjelasan Anda nyufi banget loh ?!HaÂ…haÂ…haÂ…terimakasih, Mas. Tapi terus terang. Dalam menjalankan tugas (baik sebagai pembicara publik maupun motivator) saya menghindari komponen-komponen komunikasi yang terlalu mengindikasikan agama Islam secara formal atau verbal. Kenapa? Buat saya, ketika kita betul-betul dengan sadar sesadarnya mengatakan"ya !" terhadap keberadaan dan keesaan Allah (laa ilaaha illallaah; red) kita tak perlu repot-repot lagi memikirkan lebel-lebel formal ketuhanan.Pokoknya terus berlaku jujur, menjaga kerahasiaan klien, menganjurkan yang baik, menghindarkan perilaku, sikap dan pikiran buruk, saya rasa ini semua pilihan orang-orang beriman. Itu alasan pertama.
Alasan kedua, Islam itu agama rahmat untuk semesta alam loch. Berislam itu mbok yang keren abis gitu loch ! Maksudnya jadi orang Islam mbok yang betul-betul memayungi (pemeluk) agama-agama lain. Agama kita itu sebagai agama terakhir dan penyempurna bagi agama-agama sebelumnya.Agama kita puncak kesempurnaan agama loch. Dan karenanya kita harus tampil sebagai pembawa berita bagi semua. Kita tidak perlu mengunggul-unggulkan agama kita yang memang sudah unggul dihadapan saudara-saudara kita yang tidak seagama dengan kita.
Bagaimana Islam bisa dinilai baik kalau kita selaku muslim lalu merendahkan agama (dan pemeluk) agama lain.

Apakah dalam pandangan Anda semua agama itu sama?
HaÂ…haÂ…haÂ…ya jelas tidak sama toch, Mas. Tapi oleh Tuhan manusia diberi kebebasan memilih diantara ketidaksamaan itu. Saya tidak akan mengatakan bahwa perbedaan itu rahmat, tapi saya akan menunjukkanWindows Operating System yang dikeluarkan Microsoft. Masih ada toch Mas orang yang masih menggunakan Windows 95? Masih ada juga kan orang yang menggunakan Windows 98 atau Windows 2000? Dan Anda sendiri sekarang menggunakan Windows XP kan?. Begitu juga dengan agama-agama Tuhan, Mas.Ada versi-versi yang sesuai untuk zamannya, untuk kelengkapan fikiran di zaman itu dan di sana ada jenis kemampuan masing-masing orang dalammenyikapinya. Masak Anda mau memaksa orang lain untuk memakai XP pada orang yang kemampuannya cuma sebatas memiliki Windows 95? Tidak toch!?Alangkah indahnya kalau semua orang Islam ketika bicara dapat diterima semua pemeluk agama lain.

Contohnya seperti apa pembicaraan yang dapat diterima semua pemelukagama ?"Anda adalah direktur utama dari perusahaan jasa milik Anda sendiri.Anda adalah CEO dari kehidupan Anda sendiri. Anda sebenarnya, sepenuhnyabertanggungjawab atas bisnis kehidupan Anda dan apapun yang akan terjadi pada diri Anda sendiri. Anda bertanggungjawab atas semuanya antara lain,produksi, pemasaran, keuangan, RND dan lain sebagainya di perusahaan kehidupan Anda. Demikian pula Anda sendirilah yang menentukan berapa besar gaji Anda, berapa income Anda. Bila Anda tidak puas dengan penghasilan yang Anda terima, Anda bisa melihat di dekat cermin Anda dan menegosiasikan pada bos Anda, yakni Anda sendiri yang ada didalamcermin," begitu kira-kira. Nah, menurut saya etos demikian tak dapat dibantah oleh semua ajaran agama-agama yang ada di dunia.

Apa yang anda contohkan bukan malah menujukkan bahwa manusia adalah segala-segalanya. Terkesan, seolah-olah Tuhan tak memiliki peran apa-apa disana?

Di atas saya mengatakan bahwa alasan kita tersenyum di pagi hari kepada isteri dan anak-anak, menyambut mereka dengan santun, berusaha datang tepat waktu untuk memenuhi janji, itu semua bukan semata-mata karena didasari atas kesantunan kita sebagai manusia, melainkan kita ingin mengabdi kepada-Nya. Begitu juga dengan contoh barusan, itu sebenarnya merupakan cermin atas pesan agama yang meminta totalitas kita dalam menjalankan sebuah amanah.. Apalagi jika kita bicara tentang "cermin", akan sangat panjang pembicaraan kita. Dan setiap spirit tidak selalu harus ada embel-embel nama surat atau ayat dari kitab suci tertentu.

Bukankah seorang jenderal paling ateis pun ketika melepaskan pasukannya ke medan perang tak dapat menghindarkan diri dari ucapan, "Semoga kalian sukses!". Kalimat "Semoga" di situ menyimpan harapan campur tangan kekuatan dari Yang Maha Kuat. Biarlah Tuhan menjadi sesuatu yang tersembunyi di kedalaman relung hati kita yang paling dalam.


Apa arti sukses menurut Anda? Perjalanan 50 tahun hidup yang sudah saya jalani menyimpulkan bahwa sukses itu tidak selalu berarti mendapat piala atau pujian, meski takada salahnya jika kita mendapatkan keduanya. Hanya saja itu semua bukan kriteria dari sukses itu sendiri. Karenanya tak jarang orang kemudian sulit menemukan kesuksesan-kesuksesan yang pernah diraihnya.Secara sederhana sukses adalah bagaimana kita keluar dari comfort zone kita dan mencoba menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan definisi ini Anda akan melihat begitu banyak kesuksesan yang bisa Anda lihat pada diri Anda. Kalau kemarin Anda baru bisa membantu satu orang, hari iniAnda bisa membantu dua dan besok Anda bisa membantu lebih banyak lagi,maka anda sukses. Dengan perasaan yang positif mengenai kesuksesan yang pernah Anda raih, maka Anda akan merasa semakin sukses dan semakin percaya diri dengan cita-cita, visi dan misi hidup Anda.

Saya sangat tidak setuju dengan ungkapan, "Biarlah kita sekarang susah,asal nanti kita sukses". Ini jelas enggak pernah bakal sukses. Saya bertanya, dimana anak tangganya? Bukankah untuk meraih kesuksesan besar harus diawali dengan kesuksesan kecil dan sedang?. Ada pepatah yang mengatakan, "Sukses akan melahirkan sukses yang lain." Nah dari pepatah ini dapat diambil pelajaran, apabila kita semakin mudah untuk melihat kesuksesan kita dari hal-hal yang kecil, maka mudah bagi kita untukmengumpulkan, mengakumulasikan dan melangkah mencapai sukses yang lebihbesar. Percaya dech, dengan sukses kecil-kecil itu, cepat atau lambatsukses yang lebih besar akan menjemput Anda.

Penjelasan Anda mengingatkan saya akan nasehat Sufi Besar, Imam Ibnu'Atha'illah, yang mengatakan, "Tanamkanlah ujudmu dalam bumi yang sunyi sepi, karena sesuatu yang tumbuh dari benda yang belum ditanam, tidak sempurna hasilnya." Pertanyaannya, bagaimana memupuk rasa rendah hat idalam diri kita?

O, ya ? Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memupuk kerendahan hati di antaranya adalah dengan menyadari kembali bahwa seluruh yang kita punyai adalah anugerah-Nya, berkah-Nya atau rahmat-Nya. Karenanya katakan pada diri sendiri, "Aku masih ingin belajar", "Aku masih ingin mendapatkan input dari sekelilingku" , "Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan- pengetahuan dari mana saja agar dapat lebih baik"."Aku masih ingin belajar", "Aku masih ingin mendapatkan input dari sekelilingku" , "Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan- pengetahuan dari mana saja agar dapat lebih baik". Jika ditilik dari kehidupan kita, umat Islam, nampaknya metode memupuk kerendahan hati yang Anda sampaikan masih menjadi problem besar tersendiri ya? Persis seperti yang saya perhatikan selama ini. Saudara-saudara kita sesama muslim masih terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan bergaul hanya pada lingkungannya sendiri. Malah yang lebih memprihatikan, dengan sesama muslim kalau ngundang pembicara dia tanya dulu, "Orang itu madzhabnya apa ?." Dia tidak akan menerima orang yang tidak satu madzhab, satu aliran, dengannya. Padahal di negara-negara maju sudah menjadi pemandangan yang biasa orang-orang Yahudi mengundang pembicaraIslam, Hindu atau Kristiani, atau sebaliknya.Mereka sudah mantap dengan iman mereka sehingga mereka tidak khawatir dengan pembicara yang datang dari luar komunitas mereka. Mereka sangat yakin, bahwa dengan cara demikian (menghadirkan pembicara "orang luar"), mereka dapat memperkaya wacana dan kehangatan batin. Kita, atau persisnya sebagian umat Islam, lupa bahwa salah satu cara mensyukuri perbedaan ditunjukkan bukan pada lisan akan tetapi dengan mendengarkan pendapat orang lain yang beda keyakinan agamanya.

Anda punya pengalaman keberislaman Anda yang inclusive itu?
Iya. Pernah beberapa peserta saya mengklaim materi yang baru saja selesai saya sampaikan menurut sudut pandang keyakinan agama mereka.Seorang peserta yang beragama Kristiani mengatakan bahwa materi saya ada juga di ajarkan dalam Injil. Peserta lain yang beragama Islam mengaku bahwa materi yang saya sampaikan ada di Al-Quran surat al-Maidah.Peserta yang Budha menganggap bahwa materi saya itu penerapan dari Dharma-dharma Budha. Saya hanya mengembalikan semua apresiasi itu kepada-Nya.Pengalaman lain? Masih banyak orang yang salah faham terhadap Islam.

Ada satu pengalaman yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam satu seminar di acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta penganut agama Kristen yang taat. Masih kepada isteri saya, orang itu memberi komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu dengan lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya seorang muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya seorang muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin adalah ucapannya, "Loch, koq ada ya orang Islam yang baik macam PakMario !?" Saya pun terkekeh mendengarnya. Nah ini kritik dan sekaligus menjadi tugas kita semua untuk memperbaiki citra Islam..

BHUMI, UDARA, DAN AIRA (cerbung) -9-

Setahun kemudian.
Aku rutin berkunjung ke makam Udara dan Bhumi.
Aku selalu menghindari perjalanan laut. Jika tidak ada pesawat yang akan membawaku pergi, aku selalu mengurungkan niatku untuk pergi. Akan tetapi, kali ini aku tak bisa menghindar lagi. Aku terpaksa menyebrang dengan kapal karena ibuku sedang sakit. Beliau tidak boleh naik pesawat karena ada gangguan kesehatan.
Sekuat tenaga aku bertahan. Aku tak mau melihat air. Aku tak mau melihat laut. Aku berusaha kuat untuk tetap bertahan di dalam kapal.
Sekuat apapun aku berusaha jika saat itu tiba, tak ada seorang pun yang mampu menolaknya. Aku berhalusinasi. Aku melihat sosok Udara dan Bhumi melambaikan tangannya.
Aku tak kuasa menolak dorongan hati. Aku kalah. Aku menghampiri mereka. Tak kuperdulikan teriakan ibu dan beberapa orang yang memanggil namaku.
“Tolong pak, itu putri saya. Putri saya satu-satunya. Dia tidak bisa berenang. Dia sepertinya ingin melompat ke laut. Kami baru mengunjungi makam ayahnya di Palembang. Kami harus segera kembali ke Jakarta. Saya sakit dan tidak boleh pergi dengan pesawat dulu. Padahal, saat saya berangkat, saya merasa baik-baik saja. Namun, saat saya harus kembali ke Jakarta, dokter di Palembang menyarankan agar saya tidak bepergian dengan pesawat dulu karena menurut dokter itu, saya mengalami masalah dengan alat pendengaran saya sehingga untuk beberapa waktu tidak diperbolehkan bepergian dengan pesawat.” ucap ibu memelas.
Byur. Ufhg. Blup. Blup.
“Aira Amanda Kirana! Aira!!”
Dan, Aira (yaitu aku) pun kembali menyatu dengan “nenek moyangnya”, yaitu air untuk kembali dipertemukan dengan teman-temannya di dalam tanah Jatinangor.

***

Selasa, 31 Oktober 2006. Ciledug.

BHUMI, UDARA, DAN AIRA (cerbung) -8-

Sebulan kemudian.
Byur. Ufgh. Aduh. Blup. Blup.
Semenit. Dua menit. Lima menit.
“Aira! Aira tenggelam!” teriak ibuku kencang.
Hosh. Hosh. Byur.
“Ayo pompa. 1… 2… 3…” pandu seseorang.
“Ayo nak, bangunlah. Hiduplah. Demi ibumu ini.”
Uhuk. Uhuk. Aku batuk. Aku tersadar. Banyak air yang keluar dari mulutku.
Ibu memelukku erat. “Syukur alhamdulillah.”
“Ibu.” panggilku kelu.

***

BHUMI, UDARA, DAN AIRA (cerbung) -7-

Sebulan kemudian.
Elang memegang tubuhku erat. Dia begitu kuat menjaga tubuhku agar tidak limbung ke tanah. Tidak ada airmata yang menetes di wajah. Hanya ada keringat yang deras membasahi bajuku.
“Jika kau ingin menangis, maka menangislah.” bisik Elang lembut.
Udara Amelia Larasati…. telah meninggal di usia 26 tahun. Sanak keluarganya tidak diketahui keberadaannya. Gadis yang pernah disukai oleh banyak pria itu telah menutup matanya. Pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Pesawat yang akan membawanya ke belahan daerah timur Indonesia itu jatuh ke lautan luas. Lalu, setelah beberapa hari dilakukan upaya penyelamatan, tubuhnya yang telah terbujur kaku itu segera dibawa ke Jatinangor. Hal itu sesuai dengan pesan yang terekam dalam sebuah video amatir seorang penumpang lainnya yang entah bagaimana bisa selamat. Dara, gadis cantik berambut hitam legam itu memang pandai bergaul. Dia tahu bahwa dia akan meninggal sehingga dia tak menolak untuk direkam gambarnya oleh seorang ibu muda.
Tubuhku menggigil hebat. Aku tak kuat lagi. Aku pun sukses jatuh…. pingsan.

***

BHUMI, UDARA, DAN AIRA (cerbung) -6-

“Akhirnya dia pun pergi. Ternyata ramalan itu benar.” ucap Udara pelan.
Aku menatapnya lurus.
“Setelah Bhumi, lalu gue, dan terakhir kau. Gue akan mati di udara lalu tubuhku jatuh ke air dan dikuburkan di tanah.” ucap Udara ringan.
“Apa maksudmu,” tanyaku bingung. “Jangan membuatku takut dan bingung. Berikan alamat dan nomor telepon atau handphone-mu sekarang.”
“Tak usah. Nanti biar gue yang menghubungimu karena gue ‘gak punya tempat tinggal tetap dan nomorku selalu berganti sedangkan kau takkan pernah sulit untuk dihubungi. Percayalah, gue yang akan menghubungimu.”
“Dara. Udara Amelia Larasati.” panggilku pelan. Kupeluk tubuhnya erat dan aku tak ingin melepaskannya.

***

BHUMI, UDARA, DAN AIRA (cerbung) -5-

Tubuhku lemas. Separuh nafas seolah berhenti. Separuh hatiku terbang melayang di udara. Tidak ada airmata yang menetes membasahi wajahku. Hanya keringat yang membasahi bajuku. Aku dan Udara terpaku sesaat lalu kami bergerak cepat.
Kami menghubungi tetangga terdekat lalu memberitahu bahwa Bhumi telah meninggal dunia. Kami tidak memberitahu mengapa Bhumi meninggal. Mereka pun tidak banyak bertanya. Aku menghubungi keluarga Bhumi sedangkan Udara mengurus segala keperluan pemakaman.
Aku berusaha untuk tidak menyesali kepergian Bhumi. Aku tak kuasa menyesali keteledoranku. Aku tertidur tak lama setelah menghabiskan black coffe dan setelah berbicara panjang lebar dengan Bhumi. Aku tak mengerti mengapa dia memilih jalan pintas, yaitu bunuh diri dengan meminum obat tidur hingga overdosis. Bukankah dulu dia pernah mengatakan bahwa hanya orang bodohlah yang meninggal karena bunuh diri. Dunia yang aneh.

***

BHUMI, UDARA, DAN AIRA (cerbung) -4-

Namaku Bhumi Andromeda. Aku lahir dan besar di Indonesia. Aku pun ingin dikuburkan di Indonesia…. Di wilayah mana saja asalkan masih di Indonesia. Malam ini saat semua terlelap, aku ingin mengakhiri semuanya. Aku ingin menghilangkan segala kegelisahan hati dan suara-suara yang selalu mengganggu indra pendengaranku. Aku tak ingin merepotkan siapa pun. Aku ingin dua orang sahabatku, Aira dan Udara, yang akan menguburkanku. Tak apa-apa jika mereka menangisiku namun aku tak mau mereka menyesali kepergianku. Kumohon sahabat, kuburkanlah aku di halaman belakang rumah ini. Masih ada dua liang lahat yang telah kupersiapkan untuk kalian. Ayo, beristirahatlah dengan tenang bersamaku di sini. Salam, Bhumi.

***

BHUMI, UDARA, DAN AIRA (cerbung) -3-

“Bhumi, mengapa kau mengundangku kemari? Kemana Elang?” tanyaku sembari berjalan ke arah kulkas.
“Dia sudah menikah dengan Cinta.” jawab Udara.
“Cinta.” Aku mencoba mengingat nama itu. “Oh, Cinta. Ya, cewek Bogor itu. Dimana mereka tinggal? Darimana kau tahu kalau Elang menikah dengan Cinta?”
Udara menatapku sinis. Akh, gadis ini masih saja dendam denganku. Mengapa dia sulit memaafkanku. Padahal aku sudah mengubur lama percintaanku dengan Bhumi namun sulit bagiku untuk melupakan persahabatan kami. Dan, sulit bagiku untuk melupakan Elang, pemuda berkulit hitam legam namun berotak encer itu.
Tok. Tok. Aku meringis. Bhumi menjitak kepalaku keras. Aku ingin membalasnya namun kuurungkan niat itu. Aku tak mau ada kejar-kejaran seperti dulu. Cukup sudah semuanya itu.
“Dara,” panggilku sembari membuka kulkas.
“Apa.” tanya Dara tanpa menoleh ke arahku. Dia sibuk memencet remote tv.
“Bagaimana kabarmu?” kuambil minuman bersoda lalu membukanya. Aku duduk di samping Udara dengan santai.
“Baik. Aktivitasku sekarang adalah melukis. Terkadang aku menerima rias pengantin atau sekadar rias wajah seseorang yang telah meninggal. Aku suka menggambar. Jika kau meninggal, aku bisa mendadani wajahmu.” kata Udara dingin.
Uhuk. Aku tersedak. Ucapan Udara membuatku kaget. Dia masih suka asal bicara seperti dulu. Entah apa yang menarik pada dirinya hingga Bhumi pernah jatuh cinta padanya.
Udara menatapku dalam. Bulu kudukku sempat merinding. Gadis bertubuh atletis seperti GI Jane itu tersenyum manis. Sial, lagi-lagi aku tersedak minuman soda.
Bhumi tertawa lepas melihat ekspresi wajahku. “Sudahlah Dara. Kau jangan membuat Ira kaget. Ira sudah dewasa sekarang. Dia lebih tenang dan tidak meledak-ledak seperti dulu. Maaf, ya Ra. Saya sengaja menulis nama Elang di kartu undangan agar kau datang. Saya tahu saya salah tapi reuni diadakan agar hubungan kita kembali membaik seperti dulu. Rumah ini adalah rumah persinggahan yang pernah kita datangi. Saya sudah membeli rumah ini setahun yang lalu. Sebelum kalian datang, saya merenovasinya. Saya rapikan dan cat kembali.”
Pluk. Aku melempar bantal ke wajah Bhumi. Bhumi tertawa lepas. Ugh, aku gemas dengan keisengan Bhumi yang mencantumkan nama Elang di kartu undangan. Nampaknya, dia tahu kalau aku diam-diam masih menaruh hati kepada Elang.
“Lupakan Elang. Dia itu khan “adik angkatmu” toh. Dia adik kelas kita. Kau terlalu hebat untuk menjadi kekasihnya apalagi menjadi istrinya. Cinta lebih pantas menjadi belahan jiwanya. Cinta lebih gemuk darimu dan dia tidak lebih pintar darimu.”
Pluk. Aku melempar remote tv dan sukses mengenai kening Bhumi karena sekali lagi aku gemas dengan komentarnya mengenai Elang. Bhumi meringis dan memijit keningnya yang mulai membiru. Udara menatapku sewot karena aku merebut remote tv dari tangannya.
“Ada yang kalian perlu ketahui tentang saya sekarang. Saya sudah memesan tiga liang lahat untuk kita bertiga. Letaknya di belakang rumah ini. Rumah ini sudah kuwariskan kepada Elang dan Cinta. Mereka semula menolak namun setelah kubujuk barulah mereka mau. Usaha pabrik pakaianku hancur Ra. Hidupku pun tak lama lagi. Semua telah hilang. Usaha yang kurintis sejak lulus kuliah bisa hancur dalam sekejap. Perjuanganku selama beberapa tahun lenyap tak bersisa. Hanya karena seorang perempuan cantik yang memperdayaiku.” curhat Bhumi.
Aku manggut-manggut. Prihatin.
“Kayak cerita di sinetron.” celetuk Udara nyinyir.
“Pesanku satu, jika besok pagi kau menemukanku sudah tak bernyawa, maka kuburkanlah saya di tanah belakang.”
“Bhumi.” kataku sembari mesam-mesem.
“Oke, beres Bhumi.” jawab Udara.
Aku menatap cewek berkaos hijau lumut ketat di hadapanku dengan marah. “Ada apa denganmu? Empat tahun kita tak bertemu namun kau telah membuatku takjub. Kau tidak lagi memiliki empati kepada sahabatmu. Malam ini aku tak akan tidur. Aku akan menjaga Bhumi agar dia tidak melakukan hal yang bodoh.”
Udara meleletkan lidah. “Weew…. Terserah.” Udara pun negeloyor pergi. Dia masuk ke kamarnya lalu mengunci pintunya. Tak lama dia mematikan lampu sebagai tanda bahwa dia beranjak tidur.
Aku bangkit lalu mulai membuat kopi. Entah mengapa, dari lubuk hatiku yang paling dalam memintaku untuk tidak tidur malam ini. Tiba-tiba, aku merasa sayang sekali kepada Bhumi. Malam ini, aku tak mau Bhumi melakukan hal bodoh yang dapat membuatku kehilangan dirinya lagi.
Sungguh aneh dan diluar dugaanku kalau pria setangguh dan setampan itu menjadi cepat putus asa. Lalu, Udara juga aneh. Sejak kapan dia berubah menjadi perempuan maskulin. Setahuku, dia lebih feminin daripadaku. Dia juga mengaku bekerja sampingan sebagai sniper. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Bukankah dulu dia melihat kecoa saja menjerit. Bagaimana dia bisa lihai memainkan senjatanya? Akh, dunia yang aneh.
Kuteguk black coffee perlahan. Sebetulnya aku tidak suka dengan black coffee. Akan tetapi, aku terpaksa meminumnya karena aku hanya menemukan satu kaleng black coffee dan satu kaleng gula putih besar.
“Belum tidur?” tanya Bhumi mengagetkanku.
Aku menggeleng. “Mengapa kau membeli rumah ini, Mi?”
“Karena saya ingin mewujudkan impian kita, yaitu memiliki rumah persinggahan terakhir sebelum ajal menjemputku. Saya tak mengerti mengapa kau rela melepaskan posisimu sebagai head of departement di sebuah sekolah internasional di Jakarta? Apakah kau tidak sayang dengan keputusanmu itu? Mengapa kau tiba-tiba beralih haluan menjadi seorang pedagang cabai dan sayur-mayur di pasar induk? Setahuku kau tak pandai matematika dan tak suka dengan suasana pasar tradisional.”
Aku tersenyum. “Aku pun tak tahu. Lagi pula tempatku berjualan nyaman kok. Aku sudah mengenal banyak pedagang dan preman di pasar itu. Hm, bagiku tidak sulit untuk bersosialisasi. Untuk matematika, khan ada kalkulator.”
Bhumi tersenyum lebar. “That’s my girl.”

***

BHUMI, UDARA, DAN AIRA (cerbung) -2-

Agustus 1998 – Agustus 2002.
Aku, Bhumi, dan Udara adalah sahabat karib. Kami bersahabat sejak hari pertama orientasi mahasiswa di kampus. Awal persahabatan yang indah. Selama kurang lebih empat tahun kami merenda dan merajut persahabatan yang tulus.
Namun, di antara masa itu ada kegelisahan yang menyelimuti hati kami. Bhumi menjalin kasih dengan Udara dan aku pun diam-diam mengangguk setuju untuk dijadikan selingkuhan pemuda itu. Suatu hubungan yang penuh gejolak. Saat Udara, atau Dara, sapaan akrabnya, mengetahui hal itu, maka persahabatan kami pun hancur lebur. Misteri hubunganku dengan Bhumi dibeberkan usai wisuda. Kebetulan, kami wisuda pada saat yang bersamaan.
Semua berakhir. Sia-sia membangun persahabatan. Sia-sia kami memupuk persahabatan dengan hati yang “tulus”. Bhumi tetap di Bandung, Dara menghilang entah kemana sedangkan aku kembali ke rumah orang tua di Jakarta.

***

BHUMI, UDARA, DAN AIRA (cerbung) -1-

Oktober 2006 di sebuah rumah mungil, Cikuda, Jatinangor.
“Kemana Elang?” tanyaku lugu.
“Dia tidak datang. Lebih tepatnya, Bhumi tidak mengundangnya untuk datang.” jawab Udara datar.
“Mengapa?” tanyaku lagi.
“Karena hari ini adalah reuni khusus kita bertiga.” jawab Udara lagi.
“Reuni,” aku menyipitkan mata.
“Iya, reuni percintaan segitiga yang pernah ada dalam hidup kita.” ucap Bhumi sinis sembari meneguk air mineralnya.
Aku menarik nafas perlahan. “Begitu, ya,” tanyaku malas. Aku duduk di kursi lalu meluruskan kaki. Pegal rasanya melewati jalan-jalan yang berliku. Untunglah aku sempat mengisi perutku dengan makanan cepat saji.
“Kau semakin cantik saja.” Bhumi mencium keningku lembut. Aku tak bergeming. Kubiarkan dia menatap wajahku. “Apa kabarmu? Kudengar kau membuka usaha sebagai penjual cabai dan sayuran di pasar induk.”
Aku tersenyum manis. “Ya, lumayanlah. Setidaknya, usaha itu bisa membuatku hidup hingga detik ini.”
“Kudengar kau melanjutkan kuliahmu, ya? Hm… magister… mau jadi dosen, nie?” tanya Udara sinis.
Aku melemparkan seulas senyum kepada gadis berambut cepak itu. “Kau benar. Fuih, kalian betul-betul mengikuti perjalanan hidupku. Dara, mengapa kau memotong rambutmu?”

***

cantika -4-

-Cantika Menikah….-
Di rumah nenek dan kakek.
Plak. Ayah Cantika, Broto Kusuma, menampar wajah Cantika dengan keras.
Kami semua terkejut.
Ayah dan Om Anjasmara Kusuma menahan tubuh Broto Kusuma agar tidak kembali menampar wajah Cantika ataupun melakukan hal bodoh lainnya. Uwakku, Intan Prameswari, menangis keras tiada henti. Ibuku berusaha menenangkan dirinya namun tetap sia-sia saja. Aku dan Rama Dewa Kusuma, adik semata wayang, hanya terdiam membisu. Kami tidak berani mengeluarkan sepatah kata.
“Lika, mengapa kau memperkenalkan Cantika dengan Pio? Jika bukan karena kau memperkenalkan dengan pemuda tengil itu, tentu saat ini Cantika takkan hamil…” tanya ibuku tiba-tiba.
Aku gelagapan. Aku tidak menyangka kalau ibu akan bertanya hal seperti itu. Lalu, aku menjadi sangat sedih saat ibu terus saja menudingku sebagai penyebab hamilnya Cantika. Aku tidak tahu harus memberikan alasan apa untuk menjawabnya. Jadi, aku hanya diam membisu dan tidak berani mengangkat wajah. Aku semakin sedih saat nenek dan uwak Intan pun ternyata bersatu untuk menyalahkanku.
“Ibu, nenek, dan uwak.” ucap Rama, adikku tegas. “Hentikan menyalahkan Kak Lika terus-menerus dari zaman dahulu hingga detik ini. Kak Lika tidak bersalah. Kak Lika memperkenalkan Kak Cantika dengan Pio tanpa ada maksud buruk. Kebetulan, memang Kak Lika akrab dengan siapa saja di kampusnya, sehingga saat Kak Cantika berkunjung ke kampus Kak Lika setelah mengajar, mereka kebetulan berpapasan dengan Pio, maka tidak aneh kalau Kak Lika melakukan hal itu.” bela Rama.
Rama jarang bicara karena dia adalah laki-laki pendiam dan introvert. Namun, baru kali ini dia membelaku dan aku sangat berterima kasih kepadanya.
Semua mata memandangku. Aku mengangkat wajah dan mengangguk. “Maafkan aku.” jawabku serak.
“Dasar emang Kak Cantika saja…tipe perempuan gampangan, mudah digoda ama harta dan bujuk rayu laki-laki hidung belang. Baru digoda dan diajak makan sama preman dan office boy saja sudah mau…” cibir Rama.
“Rama!” hardik ibu keras.
“Kurasa Rama benar, Teteh.” kata Om Anjasamara sembari meregangkan cekalan tangannya ke bahu Uwak Broto. “Beberapa bulan yang lalu, atasan Cantika-Rawa minta maaf dan mengaku kalau dia telah menghamili Cantika namun mereka urung menikah karena Cantika menolak dinikahi dan memilih untuk menggugurkan kandungannya. Aku sempat kalap dan ingin membunuh Rawa karena merasa dikhianati oleh teman dekat sendiri. Aku tahu Rawa sudah menikah dan memiliki seorang putri sehingga tidak menduga kalau dia berani berselingkuh dengan keponakanku sendiri. Ketika aku mengetahui hal itu, aku memutuskan untuk melaporkan ke dewan direksi sehingga dia pun dimutasi ke kantor cabang di Pekanbaru. Semula, aku ingin dia dipecat saja namun setelah kupikir lagi, aku kasihan dengannya sehingga aku meminta kepada dewan direksi untuk memutasikan dia. Itu alasan mengapa sekarang aku menjadi atasan Cantika.”
Kami mendengarkan hal itu dengan miris.
Cantika buka suara,”Om Anjasmara dan Rama betul. Ini semua kebodohanku karena aku mudah tergoda oleh harta dan bujuk rayu. Itu bukan karena aku tipe matrealistis namun mungkin sejak lahir aku terbiasa dibuai oleh kemanjaan sehingga mudah terpedaya.”
“Hm, jadi…apakah sewaktu kita ke rumah bercat putih beberapa minggu lalu adalah saat kau memutuskan untuk menggugurkan kandunganmu itu?” tanyaku hati-hati.
Cantika menggeleng. “Bukan, itu adalah aborsiku yang kedua. Itu hasil hubungan gelapku dengan Chiko.”
Aku kaget. “Chiko siapa? Chiko-ku?”
Cantika mengangguk pelan. “Maaf. Aku sudah lama iri dengan kebebasan dan hubunganmu dengannya. Namun, kau sudah putus dengannya, kan?”
“Iya, aku sudah lama putus dengannya. Dia tidak pernah mau menjelaskan alasan mengapa ingin berpisah denganku.” kataku lirih.
“Dia berpisah denganku karena aku memintanya.”
Aku menjadi abu-abu… sedih, miris, kecewa, dan marah.
“Jadi, sekarang bagaimana?” tanya Uwak Intan pilu.
“Hm, terserah Cantika….”” jawab Uwak Broto pasrah.
“Aku ingin menggugurkan kandungan ini dan kembali melanjutkan hidup.” jawab Cantika enteng. “Lagipula, kami melakukannya bukan atas dasar suka sama suka tapi waktu itu aku sedang mabuk berat dan tanpa sengaja bertemu dengannya di jalan… entah mengapa semuanya berjalan begitu cepat dan…Kami melakukannya di kontrakan Pio. Semula, dia berniat untuk mengantarkanku pulang namun aku menolak karena aku takut pulang dalam keadaan mabuk berat hingga kami memutuskan untuk pulang ke kontrakan Pio yang pegap dan kecil.” lanjut Cantika lirih.
“Cantika,” ucap kakek buka suara dengan prihatin. “Pokoknya, kakek tidak setuju kalau kau menggugurkan kandunganmu karena itu dosa. Selain itu, kalau kau kembali menggugurkannya, kau takkan pernah belajar arti tanggung jawab. Walaupun berat hati, kakek merestuimu menikah dan melanjutkan hidup dengan Pio.”
“Ya, lebih baik kau melanjutkan hidupmu dengan Pio. Mamang akan membantu meringankan biaya pernikahanmu.” kata ayahku bijaksana.
“Tapi, bagaimana mungkin… Pio hanya….” tolak Cantika.
“Ya, kurasa Mang Bradja betul.” ucap Uwak Intan dan Uwak Broto bersamaan.
“Ya, kami setuju.” ucap kakek dan nenek mengamini.
Aku dan Rama mengangguk pelan.
“Aku tidak mau!!” Cantika menjerit histeris dan berlari kencang keluar rumah.
“Cantika!!”
Kepalaku terasa pening. Ealah, kenapa jadi sinetron begini….kehidupan seorang putri jelita?
{{{

-Januari 2008 (hepi wedding day, my fren)-

cantika -3-

-Pada Suatu Hari….-
Cantika adalah boneka porselen. Dia tidak boleh bermain hujan-hujan, bermain lumpur, memanjat pohon, ataupun terkena teriknya matahari karena tubuhnya yang ringkih mudah terkena penyakit. Jadilah, dia seperti ‘Genie in the bottle’ dengan pengawasan super eksklusif dari Klan Kusuma. Sekedar mengingatkan kembali, aku tak iri dengannya.
Ketika nafasku mengap-mengap karena astma, aku tetap melangkah ‘gagah’ pergi ke sekolah padahal saat Cantika flu ringan, dia diizinkan untuk tidak masuk sekolah oleh guru Klan Kusuma. Ketika lututku luka akibat terjatuh dari pohon mangga karena iseng mencuri bersama teman genk esde, Cantika menikmati mangga curianku dengan wajah sumringah dari bawah pohon. Ketika aku dan teman genk esde dikejar oleh pemilik pohon mangga, Cantika tidak dikejar bahkan dikasihani karena dianggap telah dipedayai oleh kami untuk ikut mencuri mangga.
Karena terbiasa oleh ‘keras dan kejamnya dunia di sekitar’, aku pun tumbuh menjadi perempuan tangguh dan mandiri, namun sesekali keras kepala saat ingin mewujudkan keinginan. Hal itu berbeda dengan Cantika. Perempuan berleher jenjang dan bermata indah itu nampak klemar-klemer dan lemah gemulai.
Ketika aku kembali melanjutkan studi ke strata dua dan berbeda dengan jurusan strata satu-bahasa dan sastra Indonesia di sebuah universitas negeri di daerah pasundan, banyak pihak yang menyangsikan dengan kemampuanku. Untunglah, ayahku bersedia menyumbang dana pendidikan magisterku karena penghasilanku selama ini belum terlalu cukup untuk mendanai kuliahku. Sesuai kesepakatan, aku kuliah di universitas negeri yang terletak di Rawamangun mengambil jurusan manajemen pendidikan program nonreguler karena walau bagaimanapun aku harus tetap menafkahi diri sendiri dan berbagi kebahagiaan dengan keluarga dengan rezekiku itu. Jurusan tersebut di awal perkuliahan cukup membuat otakku seperti benang kusut. Namun, alhamdulillah semester selanjutnya aku pun sudah mulai menguasai keadaan dan saat ini aku sedang berusaha menyelesaikan tesis.
Setelah aku berhasil melewati satu semester yang melelahkan, Cantika mengikuti jejakku untuk melanjutkan studi strata dua. Dan, seperti sudah bisa ditebak, keputusan perempuan bertubuh ramping itu didukung oleh banyak pihak. Bahkan, Cantika disarankan untuk melanjutkan studi ke luar negeri dan ada seorang pria yang bersedia membiayainya asalkan ia bersedia menikah dengannya namun perempuan berbibir apel itu menolak. Dia pun melanjutkan studi di universitas yang sama denganku tapi berbeda jurusan. Dia mengambil program pendidikan usia dini. Dia pun dengan mudah mendapatkan izin atasannya untuk meninggalkan pekerjaan saat perkuliahan berlangsung karena jurusan tersebut hanya tersedia program regular.
Pada suatu siang yang terik, aku termenung di meja kamarku. Aku sedang berusaha keras membaca literatur tesis. Pening rasanya kepalaku melototi serentetan bahasa Inggris yang dengan susah payah kulahap. Untung saja, aku sudah mengirimkan naskah dan terjemahan pesanan ke sebuah penerbit buku lifestyle. Dengan demikian, selama seminggu ini akan kumanfaatkan dengan sebaiknya untuk membaca literatur tesis. Selain itu, aku sedang libur mengajar karena mahasiswaku sedang menjalani libur semester ganjil.
Tok. Tok.
Kuangkat wajahku. “Ya ampun, Cantika. Kau sedang apa di bawah sana? Ayo, masuk saja dari depan rumah.” seruku kaget.
“Psst, Lika, jangan keras-keras. Kau segera ke bawah, ya. I need your help. Temani aku pergi, ya. Kau segeralah mandi dan berganti pakaian. Aku akan menunggumu di sini.” ucap Cantika dari balik jendela kamarku. Kebetulan, kamarku terletak di lantai dua namun tidak terlalu tinggi.
“Pergi kemana? Hari ini kau tidak bekerja?” tanyaku setengah berbisik.
Cantika menggeleng. “Sudah, kau tak usah banyak bertanya, nanti akan kujelaskan.”
Aku mengangguk. “Baiklah, kau tunggu, ya. Aku segera datang.”
Dengan secepat kilat, aku mandi dan berdandan seperlunya. Aku sayang Cantika dan aku tak mau dia menungguku terlalu lama.
“Sudah selesai?” Cantika mengamatiku dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Aku mengangguk. “Ok, c’mon. Let’s go.”
“Kau bawa mobil, ya. Em, kau yakin sudah mandi? Koq dekil masih…”
Aku meleletkan lidah. “Santai saja. Kita mau pergi kemana? Tidak ke tempat formal, kan?” tanyaku santai.
Cantika tersenyum.
Aku mengeluarkan sedan bututku. Jelek-jelek begini, kendaraan berwarna biru muda ini adalah hasil kerja kerasku loh. Aku juga mempunyai beberapa simpanan dana dan mampu membeli perlengkapan elektronik sendiri, seperti laptop, ponsel, televisi, AC, kulkas mini, dan DVD Player. Selain itu, aku pun lagi nabung untuk beli rumah sederhana di sebuah perumahan yang tak jauh dari sini.
“Semoga ‘gak mogok. Kenapa ‘gak membawa Honda Jazz-mu saja seh?” tanyaku heran. “Biasanya, kau enggan pergi dengan sedan bututku ini?”
“Gak pa-pa sekali-kali pergi dengan mobilmu, kan. Semoga ‘gak mogok, ya.”
Sepanjang perjalanan Cantika banyak diam. Dia hanya menjawab pendek dari berbagai pertanyaanku. Dia juga memberitahu jalur mana saja yang harus kami lalui.
Kami pun berhenti di sebuah rumah bercat putih saat matahari sudah tidak muncul lagi. Aku mengikuti langkah Cantika. Aku pun menurut saja saat Cantika memintaku untuk menunggu di teras rumah.
Terdengar rintihan pelan dari dalam rumah itu. Aku menjadi cemas. Ingin rasanya aku mendobrak masuk namun kuurungkan niat itu. Aku tak mau nanti berakhir dengan berurusan pihak aparat keamanan dan Klan Kusuma.
Beberapa jam aku menunggu dengan cemas dan sesekali rasa jenuh menyergapku. Tubuhku pun digigiti oleh nyamuk. Banyak nyamuk di sini. Hal itu mungkin karena banyak pohon besar dan lebat di pekarangan rumah. Untuk mengusir rasa jenuh, aku melemparkan pandanganku ke sekeliling rumah ataupun sms-an dengan cowok istimewa yang saat ini berusaha meyakinkan kalau dia adalah Mr Right bagiku.
Setelah sekian lama menunggu, Cantika pun keluar. Wajahnya nampak luyu dan kurang bersemangat. Aku membantunya berjalan menuju mobil.
Pertanyaan yang kuajukan pun tidak dijawabnya. Keputusannya untuk menginap di hotel kutolak dengan tegas. Namun, aku mengalah. Aku setuju dengan idenya asalkan aku menginap di hotel dengannya dan akhirnya dia pun setuju. Itu pun setelah kami bersitegang cukup lama.
{{{

Beberapa hari kemudian.
Cantika sudah lebih segar dari beberapa hari yang lalu. Kecemasanku padanya pun berangsur surut walaupun dengan seribu tanya yang masih berkecamuk di dalam dada. Aku pun memutuskan untuk tidak mengungkit kejadian beberapa hari yang lalu.

cantika -2-

-Semua Sayang Cantika-
Aku dan Cantika memang berbeda, bagaikan langit dan bumi serta bagaikan rambut dibelah tujuh. Wajah kami pun tidak memiliki kemiripan walaupun masih mengalir darah klan Kusuma. Terkadang, aku berpikir kalau di antara kami atau mungkin kami berdua sama-sama tidak mewarisi darah klan Kusuma.
Kebetulan, aku seumur dengan Cantika. Kami pun bersekolah di tempat yang sama mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Namun, saat ini kami menjalani profesi yang berbeda. Aku bekerja ‘serabutan’ sebagai dosen paruh waktu di tiga perguruan tinggi yang cukup bergengsi di ibukota serta menyambi sebagai editor dan penulis paruh waktu di berbagai media massa dan penerbit buku. Cantika bekerja di perusahaan yang sama dengan omku, Anjasmara Kusuma sebagai seorang sekretaris. Maka, tak heran apabila Cantika lebih populer dan ‘wah’ dibandingkan diriku. Namun, aku tak pernah iri dengannya karena bagiku semua orang memiliki rezekinya masing-masing.
Sejak kecil, Cantika memang cantik. Konon, jika Cantika tidak mandi selama seumur tahun pun, dia tetap saja cantik dan indah seperti namanya. Kalau diriku, wah sehari saja tidak mandi, apeknya bukan main, belum lagi wajah pun ‘gak karuan bentuknya. Namun, sekali lagi, aku tak iri dengannya. Bahkan, ketika Cantika banyak memiliki penggemar, gonta-ganti pacar seperti berganti pakaian saja, dan banyak pria berkendaraan roda dua maupun roda empat, aku pun santai saja karena menurutku setiap orang memiliki jalan hidupnya sendiri, seperti rizki, jodoh, dan kematian. Lagi pula, untuk apa iri dengannya… eh, buang energi saja. Yang dapat kulakukan adalah belajar dan bekerja giat menjalani panggung sandiwara ini.
Tatapan mata para tetangga dan kerabat keluarga yang aneh dengan kesendirianku pun kutanggapi dengan adem-ayem saja karena aku bukannya tidak pernah punya pacar, tapi maaf, ya aku cenderung pilah-pilih dan tidak semua teman lelaki istimewa kubawa ke rumah. Aku mau mengenal sosok pria teman istimewaku dulu dan kalau aku yakin seratus persen dengan pria tersebut itulah, aku akan mengenalkan ke keluarga inti dan besar dan saat itu tiba…artinya gerbang pernikahan sudah di depan mata. Memang, ada saja (entah teman istimewa atau yang lainnya) yang protes dengan prinsipku itu karena bagi mereka, tak ada salahnya mengenal calon keluarga kekasih terlebih dahulu karena butuh proses penjajakan yang lebih dekat dan dalam.
Semua sayang Cantika dan semua bingung dengan kesendirianku. Akh, biarkan saja… Jadi, ingat ucapan gitu aja koq repot-Guspur dan lagunya Maia Estianty-emang gue pikirin.
Semua sayang Cantika… dan aku pun sayang dengannya. Aku tak pernah lelah menjitak para lelaki hidung belang yang berani kurang ajar dengannya. Aku pun tak ragu untuk menimpuk jidat para makhluk yang berani menyakiti Cantika. Semua itu kulakukan karena aku sayang dengannya.
Aku sayang Cantika, walaupun terkadang aku merasa ibu dan nenekku lebih menyayangi Cantika dibandingkan kepadaku. Bagi klan Kusuma, Cantika adalah produk dan bibit unggulan sehingga harus dijaga dan dirawat dengan baik.
Semua sayang Cantika. Semenjak kecil, Cantika selalu mendapatkan perlakuan first class dari lingkungan sekitar. Misalnya, saat aku dan dia berdesakan dan berdiri di bus, Cantika akan mendapatkan tawaran untuk duduk terlebih dahulu sedangkan aku harus berjuang dan bersabar diri untuk bisa duduk santai. Namun, tak apa-apa, aku tak iri dengannya karena aku sayang dengannya.

CANTIKA (cerpan) -1-

-Tentang Klan Kusuma-

Namanya Indah Cantika Kusuma. Wajahnya sedap dipandang mata dan secantik namanya. Dia adalah sepupuku dan tinggal di samping rumahku. Kebetulan, aku beserta keluarga besar tinggal di pinggir kota dan sama seperti klan Soeharto, kami juga membentu koloni kecil sendiri. Rumah ayah terletak di ujung gang sebuah perumahan dan di sebelah kanan rumah adalah rumah keluarga uwakku, Broto Kusuma, ayah Indah Cantika Kusuma. Rumah mamangku (om) terletak persis di depan rumah ayahku sedangkan rumah kedua orang tua ayahku terletak di samping rumah omku. Ayahku adalah anak kedua dari tiga bersaudara.
Keluarga ibuku entah ada dimana sekarang karena saat dilahirkan ibu adalah yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan. Namun, anehnya, beliau pun enggan untuk mencari tahu silsilah keluarganya. Oleh karena itulah, saat beliau menikah dengan ayahku, beliau menikah dengan diwakili oleh wali hakim yang ditujuk oleh penghulu di daerah ayah tinggal.
Aku adalah putri sulung dari dua bersaudara. Adikku, Rama Dewa Kusuma, seorang anak laki-laki yang berpenampilan gemulai namun syukurlah dia tetaplah lelaki normal. Ayahku, Bradja Kusuma adalah laki-laki yang mewarisi darah Sunda dari kakekku, Kusuma Sukmana sedangkan nenekku, Siti Fitriah, berdarah Jawa Timur. Saat ini, alhamdulillah kedua orang tua ayahku sehat walafiat dan hanya sesekali sakit. Hal itu mungkin dikarenakan beliau rajin berolahraga dan menjaga asupan gizi yang masuk ke dalam tubuhnya masing-masing. Ayahku bekerja sebagai pegawai negeri sipil di sebuah instansi pemerintah dan ibu adalah seorang ibu rumah tangga.
Indah Cantika Kusuma adalah putri satu-satunya dari uwakku, Broto Kusuma dan Intan Prameswari. Kedua orangtuanya berdarah Jawa, plus darah Sunda dari garis keturunan ayahku. Kedua orang tuanya bekerja sebagai pegawai negeri sipil di kantor walikota.
Omku, Anjasmara Kusuma belum menikah walaupun usianya sudah tergolong cukup untuk menikah dan beliau pun sudah mandiri secara materi. Saat ini, beliau sudah memiliki rumah dan bekerja sebagai eksekutif muda di sebuah bank swasta yang memiliki reputasi bagus di masyarakat.

Membuat Bakso Daging Bebas Pengawet

Dari milis femina & friends

Resep/Dapur Uji: Budi Sutomo.

Bahan:
60 g caisim, potong-potong, rebus, tiriskan
60 g suun, seduh air panas, tiriskan
60 g mi kuning, rebus, tiriskan
1 sdm bawang merah goreng

Kaldu:
1500 ml kaldu sapi
4 siung bawang putih, haluskan
1 sdm minyak goreng
1 sdm kecap asin
1 sdt lada halus
1 sdt garam halus
1 sdm sledri cincang

Bakso Sapi:
400 g daging sapi, giling halus
1 sdm tepung terigu
2 sdm tepung kanji
1 butir putih telur, kocok lepas
¼ sdt lada halus
¼ sdt garam halus

Pelengkap:
Sambal cabai rawit
Saus tomat
Kecap manis

Cara Membuat:
1. Bakso Sapi: campur semua bahan bakso, uleni hingga tercampur rata. Bentuk menjadi bulatan-bulatan. Rebus hingga matang dan terapung. Angkat, sisihkan.
2. Kaldu: panaskan minyak, tumis bawang putih hingga harum, tuang kaldu, kecap assin, lada, garam dan sledri cincang. Masak hingga mendidih. Angkat.
3. Penyajian: Atur bakso, suun, mi kuning, caisim di dalam mangku saji. Tuang kaldu panas, taburi dengan bawang merah goreng. Sajikan panas dengan sambal cabai rawit, kecap manis dan saus tomat. Sajikan.

Untuk 5 Porsi
Tip: Rebus bakso di dalam air yang mendidih dengan api sedang. Jangan merebus dalam air yang terlalu mendidih karena bisa menyebabkan bakso pecah dan tekstur tidak halus.

english vocab (1)

freewire is like telephone and mobile internet.
freeware is the software for them.

observedsanity is a play on words meaning that we are just a small line away from the insane world that we just go by every day of our lives.

-Sumber dari Phillips, tmn chat via ym. Thx, ya-

Quotes

Aldo Desatura ® & ©============ ====Kesadaran adalah matahari, Kesabaran adalah bumiKeberanian menjadi cakrawala dan Perjuangan Adalah pelaksanaan kata kata


The absurdity of a life that may well end before one understands it, does not relieve one of the duty to live it through as bravely and generously as possible. - Peter Matthiesson

The “Gods” do not protect fools. Fools are protected by more capable fools. - Ringworld

Oh, wow. That’s beautiful, that’s lovely! Who but a Puppeteer would go around with a weapon that does good to the enemy? - Luis Wu Ringworld

There is a great tendency in our culture to exalt the different and confuse the different with the unique. The “different” is merely a term of comparison. The unique is something valued in and for itself. This is very important; for the search for originality, which is so strong in our day, usually takes the form of a different twist or a new wrinkle. – Maurice Friedman

What a miserable thing for one to consider himself a teacher, he who was never the student. - 15th century Spanish scholar

The difference between men is their principle of association. Some may classify objects by color and size, and others, accidents of appearance; others by intrinsic likeness, or by the relation of cause and effect. The progress of the intellect is to the clearer vision of causes, which neglects surface differences... Genius detects through the fly, through the caterpillar, through the grub, through the egg the constant individual... Nature is a mutable cloud, which is always and never the same... Nothing is so fleeting as the form... I shun father and mother and wife and brother, when my genius calls me... - Ralph Waldo Emerson

I am Yesterday, Today, and Tomorrow, and I have the power to be born a second time. I am the divine hidden Soul who created the gods and gives sepulchral meals to the denizens of the deep, the place of the dead, and heaven...Hail, lord of the shrine that stands in the center of the earth. He is I, and I am he! - Egyptian Book of the Deadobservedsanity: Death, as the Palmist saith, is certain to all; and all shall die. -King Henry IV Act 3 Scene 2

Life is pain, Highness, and anyone who says differently is selling something. - Wesley “Princess Bride”

And death looks on with a casual eye and picks at the dirt under his fingernails. – Anne Sextonto good to be true = u cant believe it


-Quotes ini dicarikan ama Philips, teman chat yg bkrja di Korea. Thx ya-

Your Body is Wonderland… by Jhon Meyer

We got the afternoon You got this room for two One thing I've left to do Discover me Discovering you One mile to every inch of Your skin like porcelain One pair of candy lips and Your bubblegum tongue And if you want love We'll make it Swimming a deep sea Of blankets Take all your big plans And break 'em This is bound to be a while [Chorus] Your body Is a wonderland Your body is a wonder (I'll use my hands) Your body Is a wonderland Something 'bout the way your hair falls in your face I love the shape you take when crawling towards the pillowcase You tell me where to go and Though I might leave to find it I'll never let your head hit the bed Without my hand behind it you want love? We'll make it Swimming a deep sea Of blankets Take all your big plans And break 'em This is bound to be a while [Chorus] Damn baby You frustrate me I know you're mine all mine all mine But you look so good it hurts sometimes [Chorus] Your body is a wonderland