Rabu, 13 Januari 2010

Artikel: Berteriak = Membunuh Karakter

Sumber: millist f&f

Kali ini, saya ingin bercerita tentang salah satu kebiasaan yang
ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang
letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal di
sana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk
apa? Kebisaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon
dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan
kapak.

Inilah yang mereka lakukan, dengan tujuannya supaya pohon itu mati.

Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan
memanjat hingga ke atas pohon itu. Lalu, ketika sampai di atas pohon
itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan
berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan
berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan, apa yang
terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan
daunnya mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai rontok
dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah ditumbangkan.

Kalau diperhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini
sungguhlah aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka
telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap
mahkluk hidup seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan
rohnya. Akibatnya, dalam waktu singkat, makhluk hidup itu akan mati.

Nah, sekarang, Yang jelas dan perlu diingat bahwa setiap kali Anda
berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang
mematikan rohnya.

Pernahkah Anda berteriak pada anak Anda? orang dikeliling anda atau siapapun?

Ayo cepat ! cepetaaaaaan !
Dasar lelet ! Kayak keong aja lu !
Bego banget sih ! Begitu aja nggak bisa dikerjakan ?
Jangan main-main disini !
Berisiiiiiiiiiik ! diem, diem,diem ! aaaaah!

Atau, mungkin Anda pun berteriak balik kepada pasangan hidup Anda
karena Anda merasa sakit hati ?

suami/istri seperti kamu nggak tahu diri ! ngaca dong ngaca !
Bodoh banget jadi laki/bini nggak bisa apa-apa ! bisanya Cuma
minta,minta dan minta !
Aduuuuh, perempuan / laki kampungan banget siiiih !? gak makan sekolahan apa ?!

Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya :

Goblok, soal mudah begitu aja nggak bisa ngerkain ! Kapan kamu jadi pinter ?!

Atau seorang atasan berteriak pada bawahannya saat merasa kesal :

?Eh tahu nggak ?! Karyawan kayak kamu tuh kalo pergi aku nggak bakal nyesel !
Ada banyak yang bisa gantiin kamu !
Sial ! Kerja gini nggak becus ? Ngapain gue gaji elu ?

Ingatlah! Setiap kali Anda berteriak pada seseorang karena merasa
jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan
oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa
setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang
yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan
kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita
perlahan -lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan
hubungan Kita

Dalam kehidupan sehari-hari. Teriakan, hanya di berikan tatkala kita
bicara dengan orang yang jauh jaraknya, benar?

Nah, mengapa orang yang marah dan emosional mengunakan
teriakan-teriakan padahal jarak mereka dekat bahkan hanya bisa
dihitung dalam centimeter ?
Pada realitanya, meskipun secara fisik dekat tapi sebenarnya hati
begitu jauh. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak! Selain
itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai
serta mematikan roh orang yang dimarahi karena perasaan-perasaan
dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita
ingin melukai, kita ingin membalas.

Jadi mulai sekarang Jika Kita tetap ingin roh pada orang yang Kita
sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan
teriakan-teriakan. Dengan berteriak kepada orang lain ada dua
kemungkinan balasan yang Kita akan terima. Kita akan dijauhi atau Kita
akan mendapatkan teriakan balik, sebagai balasannya.
--

Tidak ada komentar: