Senin, 26 Mei 2008

Lagi Gelisah....

Akhir-akhir ini gue lagi gelisah. Sebetulnya gue sering mengalami kegelisahan dan ketika perasaan itu datang lagi...walah bikin gue gak bisa tidur. Dan, hal itu berakibat pada keimanan gue. Jika orang lain biasanya insyaf apabila ada masalah, maka gue sebaliknya. Jika ada masalah, gue akan mellow habis en pundung deh. Malas shalat, serba salah mau ngapain.
Kegelisahan gue kali ini kayaknya karena belum ada kabar kapan gue akan seminar proposal padahal udah sebulan lewat sejak gue mendaftarkan diri ke adm utk mengikuti seminar en bentar lagi mau akhir mei 2008 padahal gue bilang ama tempat kantor bokap kalau bulan mei ini gue akan mengajukan surat penelitian dan instrumen penelitian plus pertanyaan ke sana tapi duh sampai saat ini gue masih gigit jari aja deh. So, selain mengajar, aktv gue ya cuma makan, tidur, sesekali hang out.... bete banget deh. Serba salah mau ngapa2in. Udah lama banget kayaknya gak nyentuh buku2 kul s2 gue yang tebal2 itu apalagi ama resources book utk tesisnya. Otak gue sedikit mampet tapi untung aja gue masih rajin baca koran tempo setiap hari jadi ya gak mampet2 banget. masih ada gizinya deh. Duh, semoga aja kegelisahan gue ini cepat tergantikan deh. Amin. Karena kalau gelisah kayak begini, gue suka gak bisa tidur.

Sabtu, 24 Mei 2008

Belajar bikin buku

Hari ini gue ama bokap ke sebuah percetakan besar di Jakarta Timur. Gile, dana yang kudu gue keluarkan adalah (hm, tepatnya seh dana bokap) jumlahnya belasan juta rupiah gitu deh. Padahal, kalau dipikir-pikir, lebih baik uang tersebut dipergunakan untuk beli laptop, hp dual mode on-cdma en gsm on, atau hp gsm yang canggih. Ternyata, bokap juga santai aja karena duitnya juga gak ada! Weleh2..... Gue jadi pusing deh karena kudu buat covernya, melay-out, dsb... belajar marketing juga... payah deh.

Rabu, 21 Mei 2008

Semua orang ada rezekinya masing-masing...


Selama beberapa hari ini gue lebih banyak di rumah. Banyak hal yang gue renungkan. Sebetulnya bukan cari inspirasi utk menulis tapi karena menunggu kabar seminar proposal tesis dari kampus seh. Xixixi. Praktis, aktivitas gue adalah mengajar, menonton tv, bobo-an di rumah, hang out ama teman2, sesekali datang klo ada panggilan kerja (tapi sekarang gue rada selektif, gak semua panggilan tes gue datang...selain karena malas, gak ada yang mengantar, en kudu mempertimbangkan ongkosnya juga).

Sms dari seorang teman gue membuat gue semakin ngerti artinya rizki bagi setiap orang. Kadang gue juga ngiri ama teman2 yang dilahirkan udah behave dari sononya jadi dia gak pernah merasakan kayak gue 'babak belur' untuk mendapatkan uang. Tapi, itulah...gue juga kudu bersyukur karena banyak orang yang nasibnya mungkin tidak semujur gue (gue ingat ama mas2 yg intervw gue 2 hari yang lalu. Dia bilang nasib gue mujur karena gak semua orang bisa berkarya sebagai dosen en penulis dalam waktu bersamaan). Teman yg bls sms gue hari ini emang dilahirkan dalam kondisi behave. Klo dia bisa dibilang cukup mandiri namun adiknya termasuk manja krn pas lahir, kondisi keuangan keluarganya sudah mencukupi. 'Gara2' teman itu emang udah biasa naik mobil pribadi sendiri, gue ama yg laen suka gak tega klo ngajak dia ngebis wlpun dia bisa aja seru2an ngebis tapi kamu gak tega. Jadi, kalo kami mau hang out bareng, udah bisa dipastikan kami akan nebeng mobilnya. Ya, gpp juga seh secara itu lebih menghemat gue dalam segi pengeluaran transport. Dia juga diberikan sekolah utk dikelola sebagai warisan dari ayahnya. Kalau gue...boro2 warisan harta, yang ada gue gak boleh bawa mobil bokap kemana-mana! Klo nekat bawa, kudu tanggung segala resiko en biaya klo ada apa2. Yang patut disyukuri adalah gue masih punya keluarga yang sayang gue, tempat utk berlindung, bisa makan walaupun sederhana, en bisa kuliah hingga jenjang strata dua (sekarang masih proses).

Senin, 19 Mei 2008

Menunggu (2)


Duh, bentar lagi tanggal 23... dan itu artinya udah sebulan full belum ada kabar kapan seminar proposal akan diadakan. Malang bener, ya nasib gue?! :(
Udah jomlo, kerjaan belum mapan, tesis stuck......
Damn, I hate menunggu...

Kehabisan stok


Hula.....
Gue lagi kehabisan stok lekong neh. Payah deh. 'Segala jalan' sudah gue tempuh, mulai dari ikut birjo di sebuah koran, banyak bergaul, ikutan fs, open heart and mind... tapi ya tetap aja belum ada hasilnya. Stok habis euy. Emang kudu sabar kalau mau mendapatkan Mr Right Man in the right place. :) Duh, semoga aja gue gak jadi perawan tua....Semoga aja tahun depan gue merit en tahun ini menemukan Mr Right tsb... Aaamieen..........

Kamis, 15 Mei 2008

Soal ajakan Nikah...


Tulisan di bawah ini adalah kiriman dari seorang teman via imel en buat gue tersadar klo gue kudu nikah tapi kalau belum ada jodohnya gimana? Usaha terus en berdoa kali ye... :0

Ogah MEnikah Menutup Pintu Surga


Bismillaahir- rahmaanir- rahiim

Sahabat,

Ketika salah seorang sahabat bernama Ukaf bin Wida'ah al-Hilali menemui Rasulullah saw dan mengatakan bahwa ia belum menikah, beliau bertanya, "Apakah engkau sehat dan mampu?" Ukaf menjawab, "Ya, alhamdulillah. " Rasulullah saw bersabda, "Kalau begitu, engkau termasuk teman setan. Atau engkau mungkin termasuk pendeta Nasrani dan engkau bagian dari mereka. Atau (bila) engkau termasuk bagian dari kami, maka lakukanlah seperti yang kami lakukan, dan termasuk sunnah kami adalah menikah. Orang yang paling buruk diantara kamu adalah mereka yang membujang. Orang mati yang paling hina di antara kamu adalah orang yang membujang." Kemudian Rasulullah saw menikahkannya dengan Kultsum al-Khumairi. ( HR Ibnu Atsir
dan Ibnu Majah )

Anas bin Malik ra berkata, telah bersabda Rasulullah saw, "Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi." (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim)

Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri2 Nabi saw tentang peribadatan beliau. Setelah mendapat penjelasan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang berkata, "Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus." Yang lain berkata, "Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya." Ketika hal itu didengar oleh Nabi saw, beliau keluar seraya bersabda, "Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu? Demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa diantara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku." ( Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

Ibnu Mas'ud ra pernah berkata, "Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi, sungguh aku lebih suka menikah daripada aku harus menemui Allah swt sebagai seorang bujangan." ( Ihya Ulumuddin hal. 20)

Dalam suatu kesempatan Imam Malik pernah berkata, "Sekiranya saya akan mati beberapa saat lagi, sedangkan istri saya sudah meninggal, saya akan segera menikah." Demikian rasa takut pengarang kitab al-Muwatha' ini kepada Allah kalau ia meninggal dalam keadaan membujang. (30 Pertunjuk Pernikahan dalam Islam, Drs. M. Thalib )

Lalu kenapa kita masih menahan diri untuk menikah? Pengalaman
mengajarkan bahwa ternyata kita dapat menjadi semacam tempat penyalur rejeki (dari Allah) bagi orang2 yang lemah diantara kita (istri dan anak2, bahkan orangtua dan mertua sekaligus). Itu dapat terjadi manakala kita telah buat keputusan untuk mengambil tanggung jawab atas mereka. Se-akan2 Allah mengatakan bahwa Dia akan membantu kita untuk mewujudkan setiap niat baik dan tangung jawab kita.

Allah swt menyukai orang2 yang dapat 'mewakili'-Nya dalam hal pembagian rejeki. Salah satu kesukaan-Nya adalah bahwa Dia akan berikan lebih banyak lagi rejeki kepada wakil2-Nya agar hal itu dapat bermanfaat bagi hamba2-Nya yang ada dibawah tanggung-jawab mereka. Dan Allah (yang menyenangi orang2 yang berbuat baik) menyukai mereka yang mengambil tanggung-jawab atas urusan2 yang disukai-Nya.

Percayalah bahwa ketika kita buat keputusan untuk menikah, itu berarti bahwa kita sedang menyenangkan Allah. Pada saat yang sama, kita menjadikan setan stress dan 'uring2-an'. Pada gilirannya nanti, Allah akan memperlihatkan bahwa hanya kepada-Nyalah semua makhluk bergantung dan mendapatkan rejekinya. Sementara itu, setan bekerja lebih keras lagi untuk menanamkan rasa takut terhadap segala resiko (yang mungkin timbul) dari pernikahan, sekaligus dia menampakkan 'kebaikan2' hidup sendiri (membujang).

Bila kita menikah, padahal saat ini kita (misalnya) seperti 'tulang
punggung' bagi keluarga orangtua, maka Allah yang maha pengasih dan maha penyayang tidak akan menambah berat beban yang harus kita pikul, bahkan Dia akan meringankannya melalui pernikahan. Nampaknya hal ini tidak bisa masuk akal, akan tetapi demikianlah ketetapan Allah dalam memelihara ciptaan-Nya. Akal kita memang sangat terbatas, bahkan sekedar untuk memahami ciptaan-Nya saja hampir2 kita tidak mampu.

Bila kita menikah, sedangkan kita tidak sedikitpun punya niatan untuk meninggalkan bakti kepada orangtua dan hubungan baik dengan
sanak-saudara, niscaya Allah akan memberi jalan keluar bagi masalah2 yang mungkin timbul terhadap mereka. Segala sesuatu datang dari Allah dan semuanya akan kembali kepada-Nya. Keadaan seberat apapun, pasti tidak akan menyusahkan- Nya sedikitpun dalam menyelesaikan masalah2 keseharian kita.

Bila kita menikah, maka kita akan (segera) masuk ke dalam orang2 yang beruntung yang akan diakui sebagai ummat Rasulullah saw. Begitu besarnya perhatian Rasulullah saw akan hal nikah sehingga seseorang seperti Julabib, (maaf) yang punya wajah jelek, hitam, miskin dan tidak punya keberanian untuk nikah (karena keadaannya) pun 'digesa' dan didorong untuk menikah. Seakan Rasulullah marah kepada mereka yang sudah masuk dalam kategori layak nikah namun dia mengabaikannya.

Untuk itu, hendaknya tidak seorangpun merasa kecil hati dengan
keadaannya saat ini. Banyak keadaan dimana orang2 memandang bahwa keadaan kita jauh lebih baik daripada mereka. Barangkali orang2 di luar kita tidak sepenuhnya memahami keadaan kita, akan tetapi pada kenyataannya memang selalu ada orang2 yang posisinya jauh dibawah kita dan selalu ada orang2 yang keadaannya lebih buruk daripada kita.

Lalu dari mana kita mulai? Orang2 tua yang arif-bijaksana selalu
mengingatkan agar kita selalu memperbaharui niat kita, menguatkannya
hingga kita berazam untuk mewujudkan sesuatu yang kita hajatkan. Dengan ijin Allah, niat yang kuat (azam) akan dapat mengaktifkan fikir, menggerakkan anggota2 badan dan melibatkan segala sesuatu di sekitar kita untuk merealisasikan apa yang kita niatkan. Untuk perkara2 yang tidak baik saja Allah memberinya ijin, lalu bagaimana pula bila niat itu sesuatu yang Allah sukai?

Langkah selanjutnya adalah doa. Dengan menguatkan niat, doa kita akan terasa lebih berkesan. Ada masa2 tertentu setiap hari ketika Allah merespon doa secara 'cash' (tunai). Tidak seorangpun tahu rahasia ini, sehingga orang yang ber-sungguh2 (dengan urusan doa yang diijabah ini) tidak akan me-nyia2-kan masanya, sehingga tidak ada masa kecuali selalu dalam berhubungan dengan Sang pengijabah doa.

Langkah berikutnya, yakni seiring dengan doa yang sedang kita
panjatkan, adalah ikhtiar. Kita boleh menyukai siapa saja, yang agama kita membenarkannya untuk kita menikahinya. Akan tetapi ketetapan pasangan kita adalah hak Allah. Kita boleh memilih dan memilah, tapi yakin kita adalah bahwa keputusan Allah adalah yang terbaik buat kita. Allah mengetahui sedangkan kita tidak tahu kecuali sebatas pada apa yang diberitahukan- Nya kepada kita.

Bila kita menyukai seseorang untuk menjadi pasangan (suami atau istri) kita lalu hal itu sesuai dengan keinginan dan ilmu kita, akan tetapi Allah (dengan keluasan ilmu-Nya) tidak menghendakinya terjadi, maka pernikahan itu tidak akan dapat diwujudkan meski seluruh jin dan manusia membantu kita. Bila kita menyukai seseorang dan Dia sendiri telah menetapkannya untuk kita, maka pernikahan akan terwujud meskipun seluruh jin dan manusia menghalanginya.

Bila kita tidak suka kepada seseorang sedangkan Allah suka agar kita
menyenangi dan menikahinya, ini adalah suatu pertanda bahwa Allah
menyimpan banyak kebaikan yang (sebagian besarnya) dirahasiakan- Nya agar menjadi 'surprise' bagi kita pada saat yang ditentukan-Nya sendiri kelak, baik di dunia ataupun di akhirat. Dan kesukaan Allah yang lain adalah bahwa Dia mecurahkan kebaikan yang semakin ber-tambah2 dan ber-lipat2 kepada hamba2 yang diridhoi-Nya.

Dari banyak pengalaman, saat2 menjelang pernikahan (setelah kita buat keputusan untuk itu) adalah masa2 yang sering dipenuhi dengan kecamuk 'perang bathin'. Se-olah2 ini adalah perang antara kebaikan dan keburukan. Bila kita terus maju dengan segala resikonya, kita akan menang lalu sampailah kita ke gerbang pernikahan. Sebaliknya, bila kita ragu2 dan menjadi terhalang dengan 'hal2 kecil', kita akan kalah dan kita tidak akan sampai ke gerbang itu. Maka bila kita sudah buat keputusan, kita mesti buang jauh2 segala bentuk ke-ragu2-an dan kita mesti belajar untuk menjadi tidak peduli dengan segala rintangan. Subhanallah.

Minggu, 11 Mei 2008

-Aku dan Keluarga-


Tidak banyak hal yang pengen gue ceritakan di sini karena semua berjalan lancar dan normal. Alhamdulillah. Walaupun sering berselisih paham dengan keluarga, terutama dengan kedua orangtua, tapi gue tidak merasakan adanya keluarga yang brokenhome. Semuanya berjalan lancar. Bokap bekerja di luar sebagai pencari nafkah, nyokap di rumah dan pernah bantu-bantu mencari nafkah namun berhenti karena atas keinginan bokap en kesadaran nyokap untuk mengurus kedua anaknya yang kini telah dewasa.

Jika gue pengen mendapatkan solusi atau memperoleh second opinion tentang karier, studi, atau hal-hal serius lainnya, maka bertanyalah ke bokap en kalau mau bertanya tentang kehidupan rumah tangga, khususnya masak, menjahit, ataupun keterampilan keluarga lainnya, tanyalah nyokap. Makanya, kadang gue bingung kalau ada orang yang bertanya,”Din, elo lebih dekat ke siapa? Nyokap atau bokap?”

Terus, my brother, teman berantem di kala kecil kini untuk sementara waktu bermukim kembali di Madura en semoga aja dia segera kembali bergabung ke rumah kami (hm… it’s okeykali, ya ama istri en anaknya juga) atau setidaknya kembali tinggal tak jauh dari kami (amin) karena ternyata menjadi ‘anak tunggal’ kurang seru juga…. Jadi, lebih ketat en fokus pengawasannya… Cape’ deh… tapi seru juga karena jatah makanan suka jatuh semua ke gue. Wakakakak.

Rabu, 07 Mei 2008

Menunggu....


Menunggu adalah hal yang menjengkelkan dan menjemukan... seperti saat gue ini...udah hampir mo dua minggu nunggu kabar dari kampus PPS kapan giliran seminar gue? Gue daftar ama bu Een. Hm, bisa jadi karena emang belum ada peserta laen yang mendaftar karena baru 2 orang yg daftar waktu itu (ya gue ama bu een), bisa jadi sang direktur sibuk, bisa jadi diperlambat karena pihak kampus emang sengaja menundanya dengan alasan they still need the money, makalah proposal kami mungkin belum mereka temukan (hal ini terjadi ama makalahnya Mr Jati dimana makalah dy itu katanya ilang, tapi Mr Jati penasaran en dia pun masuk ke ruangan adm lalu ngubek2 proposal di sana en trada! ketemu deh... ketumpuk ama makalahnya mhsw yang kul pagi! Lalu Mr Karmo kudu nunggu dulu lagi karena makalahnya juga hilang, jadi seharusnya dia bisa ikutan gelombang apa siapa gitu di kelas gue eh jadi mundur ikut gelombang selanjutnya)... bukannya bermaksud negatif thinking ama kampus, tapi.... too much pain in there...

Kamis, 01 Mei 2008

MALAM ITU….



Malam itu aku tahu kalau kau mungkin tak tahu

Malam itu aku tahu kalau kau pergi

Malam itu aku tahu kalau kau diam-diam menangis

Malam itu aku tahu kalau kau meninggalkan sejumlah uang di lemari

Malam itu aku tahu kalau kau membawa semua pakaianmu

Malam itu aku tahu kalau aku bukan satu-satunya cinta dihatimu

Malam itu aku tahu kalau kau tak pernah mencintaiku

Malam itu aku tahu kalau kau tahu bahwa aku pun tak pernah mencintaimu

Malam itu aku tahu kalau kau tetap berusaha meninggalkan sekeping hatimu untukku

Malam itu aku tahu kalau kau telah berusaha menjadi laki-laki yang bertanggung jawab

Malam itu aku tahu ada degup kencang dan pergulatan batin dihatimu

Malam itu aku tahu kalau kau sempat mengecup keningku

Dan, malam itu aku tahu bahwa kau takkan pernah kembali lagi….

-Sebuah hati untuk seseorang-

Karang Tengah, Maret 2007